Setelah melalui proses panjang penulisan, penyuntingan, dan penyusunan selama kurang lebih satu tahun, buku tersebut akhirnya berhasil direalisasikan.
Menbud pun mengungkapkan rasa syukur atas terwujudnya karya kolaboratif ini yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih signifikan bagi penguatan pemahaman sejarah bangsa Indonesia.
Baca Juga:
Giring Ganesha Tegaskan KMI Bukan Organisasi, tapi Wadah Diskusi dan Aksi Musik Nasional
Lebih lanjut, Fadli Zon menyebutkan bahwa tanggal peluncuran buku memiliki makna historis tersendiri karena bertepatan dengan penetapan Hari Sejarah.
Penetapan tersebut merujuk pada Seminar Sejarah Nasional yang pernah diselenggarakan pada 14–17 Desember 1957.
"Seminar sejarah pertama kali dijadikan hari sejarah berdasarkan usul dari masyarakat sejarawan Indonesia. Saya kira ini merupakan aspirasi dari para sejarawan Indonesia dan Kementerian Kebudayaan," ucap Menbud Fadli.
Baca Juga:
Menbud Fadli Zon Dorong Seni Budaya Islam Jadi Bahasa Persatuan
Sementara itu, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, menegaskan bahwa penerbitan buku Sejarah Indonesia ini merupakan bagian penting dari instrumen pembentukan karakter serta penguatan identitas bangsa.
"Penerbitan buku ini merupakan bagian integral dari upaya pemajuan kebudayaan nasional. Penyusunan buku ini menghasilkan 7.958 halaman dalam 11 jilid," ujarnya.
Ia menjelaskan, proses penyusunan buku dilakukan melalui serangkaian tahapan yang ketat, sistematis, dan terukur.