WAHANANEWS.CO, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Nasdem Arif Rahman menyoroti pernyataan dari Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni yang akan menyiapkan lahan 20 juta hektar untuk ketahanan pangan dan energi.
Arif juga mengatakan, bahwa Indonesia memiliki komitmen internasional dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia merujuk pada beberapa lawatan Presiden Prabowo, seperti pertemuan dengan Raja Charles di Inggris dan Forum G20 di Brasil, di mana isu deforestasi dan pelestarian hutan menjadi sorotan utama.
Baca Juga:
Ketum SAPMA Pemuda Pancasila Beri Selamat Kepada 67 Kader PP yang Dilantik DPR dan DPD RI Hari Ini
Tak hanya itu, Presiden Prabowo juga menyampaikan pandangannya mengenai peran penting hutan Indonesia dalam menjaga suhu global, pada pertemuan KTT G20 di Brasil, Selasa (19/11/2024) lalu.
“Tentunya ini kan kunjungan kehormatan ya, saya datang dan beliau sangat perhatian terhadap lingkungan, terhadap pelestarian hutan, pelestarian alam. Di situ kita banyak persamaan, saya mengatakan saya mendukung dan kita akan kerja sama,” ujar Presiden Prabowo Subianto, seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
"Hutan Indonesia telah berkontribusi selama bertahun-tahun untuk mendinginkan dunia. Indonesia dianggap sebagai paru-paru dunia," sambung Prabowo.
Baca Juga:
Daftar 67 Kader Pemuda Pancasila yang Dilantik DPR dan DPD RI Hari Ini
Namun demikian, Arif menyatakan jika pihaknya sangat mendukung penuh Asta Cita yang digagas oleh Presiden RI Prabowo Subianto karena hal itu merupakan bagian dari ikhtiar yang apabila dijalankan dengan perencanaan yang matang maka bisa membawa dampak signifikan bagi kemandirian bangsa Indonesia.
Namun, sebaliknya, jika perencanaan tersebut buruk justru bisa mengarah pada bencana ekologis. Ia pun memberikan peringatan atas rencana yang disampaikan oleh Menhut Raja Juli Antoni tersebut.
“Kami mendukung penuh Asta Cita Presiden, karena niatnya sangat mulia bagi perbaikan untuk kemajuan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat kita. Namun, niat dan rencana ini tentunya harus didukung dengan perencanaan dan kajian yang matang, agar tidak berbalik menjadi bencana besar,” kata Arif dikutip dari Republik Merdeka, Sabtu (11/1/2025).
Oleh sebab itu, lanjut Arif, apa yang disampaikan Prabowo sudah sangat tepat. Karena memang Indonesia memiliki peran penting sebagai paru-paru dunia dan tentunya warga bangsa wajib menjaga hutan-hutan dengan baik untuk kelestarian dan peradaban dunia kedepannya.
Oleh karena itu, ia mengkritik rencana Menteri Kehutanan yang dianggapnya berisiko tinggi.
“Saya mengingatkan Saudara Menteri Kehutanan agar tidak serampangan dalam menyampaikan rencana penyediaan lahan 20 juta hektar, di tengah Deforestasi yang terjadi saat ini. Apalagi diambil dari lahan Cadangan hutan. Jangan niat baik Presiden diterjemahkan secara Instan tanpa perencanaan dan kajian mendalam, karena jika salah urus akan menjadi bencana bagi bangsa kita!” tegas Sekjen MPN Pemuda Pancasila ini.
Menurut data Global Forest Watch, Indonesia kehilangan lebih dari 85 persen tutupan hutan sejak tahun 2001, dengan provinsi-provinsi seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah menjadi penyumbang deforestasi terbesar.
Jika rencana Menteri Kehutanan untuk menggunakan cadangan hutan sebagai lahan pertanian dan energi dilaksanakan, Arif khawatir hal ini akan memperburuk deforestasi yang sudah berlangsung.
“Sebut saja Riau, Kalimantan barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah menjadi 4 Wilayah penyumbang Deforestasi terbesar di Indonesia yang berdasarkan data jika diakumulasi jumlah dari 4 wilayah ini mencapai kutrang lebih 15,77 Juta Hektar hutan yang hilang,” ungkapnya.
Sementara itu, Arif menilai, jika Menhut Raja Juli Antoni menyatakan bahwa lahan 20 juta hektar akan diambil dari cadangan hutan yang ada, artinya akan membabat hutan-hutan yang baru. Menurutnya, hal ini tidaklah sesuai dengan komitmen yang disampaikan Presiden Prabowo dalam pertemuannya dengan Raja Charles di Inggris dan dalam Forum G20 di Brasil.
“Intinya saya mengingatkan Menteri Kehutanan agar dapat memperhatikan apa yang disampaikan Presiden dalam lawatan keluar negeri, harusnya itu menjadi acuan dalam menyampaikan rencana kerja, agar semua sejalan dengan Asta Cita," tegasnya.
Kalau hanya buka lahan baru itu hal mudah, menurutnya, tapi bagaimana memanfaatkan lahan-lahan yang sudah ada yang masih banyak yang tidak terurus dengan baik.
"Saya pikir itu juga bisa jadi solusi yang bijak, tanpa mengorbankan Cadangan hutan kita karena akan berdampak buruk bagi lingkungan kita di Indonesia maupun secara global,” pungkas Arif
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni baru-baru ini menghebohkan publik dengan rencana ambisiusnya untuk mengubah 20 juta hektar lahan hutan menjadi area pertanian dan energi, yang hingga kini masih menjadi bahan perbincangan dan kontroversi publik.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]