WahanaNews.co, Jakarta - Deburan ombak mewarnai tradisi Mandi Khatulistiwa yang dilaksanakan oleh segenap Prajurit KRI Frans Kaisiepo (FKO) - 368 yang tergabung dalam Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-N/UNIFIL saat melintas tepat di garis Khatulistiwa, bertempat di Laut Mediterrania, Selasa, (19/12/23).
Tradisi Mandi Khatulistiwa ini dilaksanakan prajurit KRI Frans Kaisiepo (FKO) – 368 di tengah – tengah pelayaran lintas laut kembali ke Tanah Air seusai melaksanakan misi perdamaian di Lebanon dan akan digantikan oleh Satgas Maritime Task Force Konga XXVIII-O selanjutnya yakni KRI Diponegoro 365.
Baca Juga:
Satgas Indo RDB XXXIX-F Monusco di Camp Rearbase, Bunia Terima Kunjungan Force Provost Marshall
Menurut Komandan Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-N/UNIFIL Letkol Laut (P) John David Nalasakti Sondakh, tradisi ini merupakan pengejawantahan nilai-nilai luhur untuk membangun semangat juang dan karakter prajurit Jalasena saat bertugas di kapal perang dan bersosialisasi dengan masyarakat maritim.
"Mandi Khatulistiwa merupakan tradisi pelaut dunia ketika melintasi Equator atau yang dikenal dengan sebutan garis Khatulistiwa. Momen ini tentunya menjadi pengalaman perdana bagi beberapa prajurit Satgas yang baru pertama kali melaksanakan pelayaran dalam rangka mengemban misi perdamaian," ungkap Dansatgas.
Dalam prosesi Mandi Khatulistiwa ini beberapa prajurit Satgas bertindak sebagai Dewa Neptunus (Dewa samudera), Dewi Amfirite (Permaisuri Neptunus), Kapten Davy Jones dan para punggawa. Satu persatu para pelaut muda dicelup ke dalam air "khusus" sebelum menghadap Dewa Neptunus untuk disucikan agar bersih dari kotoran daratan, dan diterima menjadi warga laut serta dilindungi dari malapetaka. Usai pencelupan dilanjutkan dengan prosesi meminum air kehidupan dengan tujuan agar para pelaut muda yang telah melaksanakan Mandi Khatulistiwa semakin kuat.
Baca Juga:
Dukungan Kemenkumham Sumbar untuk Program TMMD ke-119 Tahun 2024
Selain Mandi Khatulistiwa, dilaksanakan pula penyerahan cincin Satgas kepada seluruh prajurit Satgas. Filosofi yang terkandung dalam cincin ini selain sebagai identitas, cincin ini melambangkan ikatan persaudaraan, serta menumbuhkan kebanggaan terhadap almamater.
Cincin Satgas yang di dalamnya terdapat lambang dan tulisan sarat makna selain menjadi pengingat juga merupakan booster untuk senantiasa menjaga nama baik, kehormatan, dan kebanggaan prajurit Satgas, mempererat Espirit de Corps, semangat kekeluargaan, serta mengejawantahkan motto Siap-Sigap-Handal dan semboyan Pacis Nautae dalam keseharian.
Sebagai bentuk apresiasi, dilaksanakan pula upacara tradisi penyematan brevet kehormatan kapal permukaan yang dipimpin langsung oleh Dansatgas berdasarkan Keputusan Pangkoarmada RI. Upacara juga dirangkai dengan penganugerahan Bintara Teladan kepada Serka BEK Andi Ardianto dan Tamtama Teladan kepada KLS ETA Diki Bagus dan diakhiri dengan pembagian sertifikat oleh Komandan Satgas.
[Redaktur: Amanda Zubehor]