WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah harus ditanamkan sejak dini agar menjadi bagian dari budaya masyarakat.
Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, dalam pernyataannya menjelang peringatan Hari Peduli Sampah Nasional pada 21 Februari mendatang.
Baca Juga:
Seorang Pria Jadi Tersangka Kasus Pengelolaan Sampah Ilegal di Kulon Progo
Menurut Tohom, masalah sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga lingkungan, tetapi juga harus menjadi perhatian seluruh masyarakat, terutama generasi muda.
“Kita harus memulai dari pendidikan anak-anak. Mereka harus diajarkan memilah sampah, memahami dampaknya terhadap lingkungan, dan bertanggung jawab atas limbah yang mereka hasilkan,” ujar Tohom, Selasa (11/2/2025).
Tohom menyoroti pentingnya konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan sejak dini di lingkungan rumah dan sekolah.
Baca Juga:
Pemko Banjarmasin Cari Solusi Atasi Krisis Sampah Usai TPAS Basirih Disegel
Ia mengungkapkan bahwa kebiasaan ini akan membentuk pola pikir yang lebih peduli terhadap lingkungan ketika mereka dewasa.
“Anak-anak memiliki daya serap yang luar biasa terhadap pembelajaran berbasis pengalaman. Jika kita menanamkan kebiasaan memilah dan mendaur ulang sejak kecil, maka mereka akan tumbuh dengan kesadaran ekologis yang kuat,” tambahnya.
Salah satu cara efektif untuk mengenalkan anak pada pengelolaan sampah adalah melalui kegiatan yang menyenangkan, seperti membuat mainan dari barang bekas, berkebun, atau mendongeng tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Orang tua juga memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan anak dengan menciptakan rutinitas memilah sampah dan mengajarkan aturan-aturan sederhana, seperti tidak membuang makanan secara berlebihan.
Tohom, yang juga seorang pengamat lingkungan dan energi, menegaskan bahwa persoalan sampah tidak boleh dianggap remeh.
Ia menyoroti bagaimana pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat telah meningkatkan volume sampah secara drastis.
“Jika kita tidak mengelola sampah dengan baik, kita sedang menciptakan bom waktu bagi lingkungan. Sampah plastik yang menumpuk di laut, limbah beracun yang mencemari tanah, hingga polusi udara akibat pembakaran sampah, semuanya memiliki dampak serius bagi kehidupan kita,” jelasnya.
Sebagai bagian dari upaya nyata, Tohom mendorong pemerintah dan dunia pendidikan untuk memasukkan edukasi pengelolaan sampah dalam kurikulum sekolah.
Ia juga mengapresiasi berbagai inisiatif yang telah dilakukan oleh komunitas dan mahasiswa dalam memberikan edukasi lingkungan kepada anak-anak, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa KKN di berbagai daerah.
“Kesadaran ini harus kita bangun bersama. Anak-anak adalah agen perubahan bagi masa depan. Dengan membekali mereka dengan pemahaman yang baik sejak dini, kita sedang berinvestasi untuk lingkungan yang lebih bersih dan sehat di masa depan,” pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]