Selain itu, selama menjadi Menteri
Penerangan, Harmoko merupakan "kepanjangan tangan" Presiden Soeharto melakukan pembredelan atas media-media masa
dengan alasan demi menjaga stabilitas negara.
Beberapa di antara yang pernah kena "tangan dingin" Harmoko adalah surat kabar Sinar Harapan, majalah Tempo, tabloid Detik, dan majalah Editor.
Baca Juga:
MPR RI Bakal Kaji Ulang Pasal TAP MPR Terkait Soeharto dan Gus Dur
Karier politik Harmoko berakhir
sebagai Ketua DPR/MPR yang mengangkat Soeharto sebagai Presiden
pada 1998 silam.
Namun, Harmoko yang membisikkan agar
Soeharto kembali maju jadi Presiden pada 1998, dia pula yang
meminta sang penguasa Orba itu untuk mundur pada Mei 1998.
Kenapa Harmoko?
Baca Juga:
Kepemimpinan Prabowo Berpotensi Kombinasikan Gaya Soekarno, Soeharto dan Jokowi & Slogan "Penak Jamanku To?"
Beberapa bulan sebelumnya, mantan
Menteri Penerangan itu mengatakan kepada Soeharto bahwa, berdasarkan hasil
Safari Ramadan ke sejumlah daerah, rakyat menganggap tidak ada tokoh lain yang
dapat memimpin negara kecuali Soeharto.
Padahal, Soeharto sebelumnya sudah
memiliki niat untuk lengser.
Tapi gara-gara Harmoko, niatnya urung
diwujudkan.