Talkshow ini menghadirkan narasumber entrepreneur Gita Wirjawan, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan Plt. Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti.
Dalam paparannya, Gita Wirjawan mengungkapkan keterkaitan pendidikan berkualitas yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat yang sadar pentingnya keberlanjutan lingkungan perkotaan.
Baca Juga:
Gaji Terendah Rp 9,4 Juta, Kementerian PUPR Buka 6.388 Formasi CPNS 2024
“Kota tangguh ini harus kental dengan pengadaan SDM yang luar biasa, juga SDM yang punya mindset, needs, dan ability yang ini harus nyambung dengan kepentingan kita menyelaraskan hati kita, jiwa kita, dan perilaku kita, dengan planet kita,” papar Gita.
Menurut Gita, narasi sustainability dan carbon neutrality seperti yang ingin dicapai Indonesia di tahun 2050, gaungnya belum sampai 15-20% dari populasi dunia. Narasinya baru menyentuh perhatian masyarakat modern atau yang hidup di negara modern.
“Sedangkan 80-85% populasi yang ada di planet kita ini, berpikir gimana naruh makanan di atas meja, peduli amat itu dari batu bara atau apa. Yang penting itu masuk di daya beli mereka. Jadi gimana kita bisa merekonsiliasi narasi perkembangan atau pengembangan dengan narasi sustainabilty,” urai Gita.
Baca Juga:
Menkeu Sebut APBN Telah Salurkan Rp6 Triliun Untuk Pembiayaan Rumah
Gita memaparkan bahwa skor PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia masih kurang menggembirakan. PISA adalah studi internasional yang mengukur kemampuan siswa dalam literasi membaca, matematika, dan sains, untuk membandingkan kinerja pendidikan antara negara-negara.
Di Asia Tenggara, hanya ada 2 negara yang skor PISA-nya di atas rata-rata, yaitu Singapura dan Vietnam. Skor rata-rata dunia adalah 480. Sementara Indonesia saat ini berada di rangking 71 di dunia. Ranking 1 dengan skor PISA tertinggi ditempati Tiongkok, Singapura nomor 2, dan Vietnam sebentar lagi akan masuk ke lima besar.
“Untuk membuahkan kota tangguh ke depan. Kita harus sepakat mengenai penyikapan human capital kita. Kalau kita tidak menyikapi ini, sulit untuk kita mengaktualisasikan mimpi untuk membuahkan kota tangguh,” pungkas Gita.