Jaidi mengatakan berkurban merupakan simbol bahwa hidup penuh dengan pengorbanan jiwa, raga, maupun harta benda. Semangat Idul Adha itu tidak hanya menunjukkan rasa ketaatan, tetapi juga kedisiplinan dalam bekerja, berusaha, dan dalam kehidupan pada umumnya.
Sebagai umat yang menjunjung tinggi ketaatan, katanya, tentu diharapkan dapat memenuhi aturan-aturan yang ada. Kalau tidak ada penegakan hukum, katanya, maka mustahil manusia akan bersandar kepada aturan. Jika aturan tidak tegak, maka manusia menjadi liar yang menunjukkan ketidaktaatan.
Baca Juga:
Panwaslucam Meranti Gelar Apel Siaga Pada Masa Tenang Pemilu Serentak 2024
"Esensi dari perayaan Idul Kurban ini salah satunya adalah mewujudkan ketaatan dan kedisiplinan dalam hidup, sehingga kami akan berhasil pada perjalanan hidup ini," tuturnya.
Oleh karena itu, dia berharap Hari Raya Idul Adha dijadikan momentum untuk saling menghormati dan menebarkan kasih sayang, karena tujuan hidup manusia ialah untuk saling menghormati dan saling menghargai.
Selain itu, umat juga harus menegakkan kejujuran dan keadilan, karena orang yang tidak menegakkan kejujuran dan keadilan pasti jiwanya itu dihantui perasaan bersalah dan ketakutan.
Baca Juga:
Kapolri Ajak Warga DIY Jaga Persatuan di Tengah Momentum Pemilu 2024
"Janganlah, kita membuat sebuah keonaran, membuat gaduh, apalagi melakukan gerakan-gerakan yang bersikat radikalisme dan ekstremisme. Kita membuat ketenangan dalam hidup," kata Jaidi.
Pada Hari Raya Idul Adha, selain kepada fakir miskin dari umat Islam, Jaidi mengatakan daging hewan kurban itu seharusnya juga diberikan kepada umat lain yang membutuhkan walaupun berbeda agamanya. Hal itu untuk mewujudkan rasa kemanusiaan dan kebersamaan dalam kehidupan.
Terakhir, dia berpesan agar perayaan Idul Adha di tahun ini juga dapat mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi pribadi yang dewasa dan toleran, khususnya menjelang Pemilu Serentak 2024.