WahanaNews.co | Wakil Ketua Komisi Infokom MUI Pusat, Ismail Fahmi merespons penggunaan istilah Cyber Army pada pegiat media sosial MUI. Menurutnya, istilah tersebut tidak terlalu tepat.
"Yang kita bangun itu, da'i digital, mujahid digital. Definisinya bukan buzzers," ujar dia, Senin (22/11).
Baca Juga:
Pembuktian Sulit, Mahfud Akui Kesulitan Tindak Buzzer
Inisiatif lahirnya da'i digital memang beralasan. Mengingat ada banyak konten-konten positif dari ulama-ulama moderat yang kurang tersebar. Kehadiran da'i digital ala MUI ini ditujukan untuk meluaskan penyebaran konten-konten positif.
"Makanya ini yang sedang kita galakkan. Kita melatih infokom-infokom di 6 wilayah ini itu hampir seluruh Provinsi ada, anak-anak muda," terang dia.
"Mereka kita ajari jurnalistik, membuat video pendek, bagus dan menarik, kemudian membuat fotografi yang menarik juga untuk konten-konten islam wasathiyah ini," imbuh dia.
Baca Juga:
Bamsoet: Humas Kementerian Jangan Kalah Gesit oleh Buzzer
MUI Pusat pun akan berkomunikasi dengan MUI DKI terkait pembentukan Cyber Army. Diharapkan pegiat media sosial yang akan disiapkan MUI DKI tidak mengarah ke penciptaan buzzer.
"Kalau sifatnya buzzers, bukan. Kita tidak boleh. Kalau DKI ada rencana seperti itu kita akan coba bicara dengan DKI, jangan bikin kita enggak arah ke sana," tandas pendiri Drone Emprit itu.
Sebelumnya, rencana MUI DKI membentuk cyber army untuk membela ulama dan Anies Baswedan menuai polemik. Pembentukan pasukan siber ini lantas dikaitkan dengan dana hibah dari Pemprov DKI.