WahanaNews.co | Nama buzzer sudah tidak asing bagi mereka yang kerap main di dunia maya.
Buzzer dianggap pembentuk opini publik, menyebarkan sejumlah informasi yang sifatnya menggiring maupun hoaks secara masif sehingga seakan-akan semua terlihat organik.
Baca Juga:
Pembuktian Sulit, Mahfud Akui Kesulitan Tindak Buzzer
Gaduh Pemilihan Gubernur di daerah dan panasnya Pemilu Presiden 2014 yang diwarnai penyebaran informasi palsu (hoaks) dan polarisasi warga seakan jadi bukti besarnya pengaruh buzzer.
Fenomena buzzer di media sosial telah mengaburkan batas antara voice (suara warga) dengan noise (kondisi bising).
Hal ini juga yang dinilai menjadi peluang orang atau kelompok untuk meraup pundi-pundi uang dengan salah satunya menjadi buzzer.
Baca Juga:
Bamsoet: Humas Kementerian Jangan Kalah Gesit oleh Buzzer
Peran buzzer diyakini, sedikit atau banyak, berpengaruh kepada opini yang sengaja diciptakan.
Dan sudah menjadi rahasia umum, dalam persaingan politik saat ini, peran buzzer laris manis.
Sejumlah pegiat media sosial bahkan dengan terang-terangan mendapat bayaran besar ketika mereka menjadi buzzer demi kepentingan politik tertentu.