Lutfi
mengakui, berdasarkan data BPS, produksi beras nasional alami kenaikan tipis
0,07 persen menjadi mencapai 31,63 juta di 2020. Kenaikan produksi pun diperkirakan berlanjut di 2021.
Kendati
demikian, kata Lutfi, angka produksi tahun ini masih bersifat ramalan.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Artinya, masih
ada kemungkinan mengalami kenaikan atau bahkan penurunan, terlebih mengingat
kondisi curah hujan yang tinggi di sejumlah daerah Indonesia akhir-akhir ini.
Oleh
sebab itu, pemerintah memerlukan iron
stock atau cadangan untuk memastikan pasokan terus terjaga.
Penambahan
cadangan beras ini yang rencananya akan dipenuhi melalui impor.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
Menurut
dia, sebagai cadangan, beras impor tersebut tak akan digelontorkan ke pasar
saat periode panen raya, melainkan ketika ada kebutuhan mendesak seperti bansos
ataupun operasi pasar untuk stabilisasi harga.
"Kalau
pun misalnya angka ramalannya memang bagus, tapi harga naik terus, itu kan mengharuskan intervensi dari
pemerintah untuk memastikan harga itu stabil," jelas Lutfi.
Lutfi
mengatakan, meskipun ada kebijakan impor, namun harga gabah yang diserap
Bulog dari petani nasional tidak akan diturunkan.