Menurut informasi yang berhasil dihimpun Kota Tarutung terletak di Tapanuli Utara, sudah terkenal sejak abad ke-18 yang ramai dikunjungi oleh para saudagar melakukan transaksi perdagangan.
Penghuni Kota Tarutung sebagian berasal dari berbagai daerah sekitar Tarutung, Humbang, Samosir, Toba, Dairi, termasuk dari arah selatan seperti Pahae, Sipirok maupun sekitar Sibolga dan Barus.
Baca Juga:
Petugas Rutan Tarutung Berhasil Gagalkan Penyelundupan Narkoba, Karutan Tegaskan Komitmen Bersama
Kota Tarutung sendiri diresmikan pada tanggal 14 November 1956 berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1956 dan dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan sekaligus pusat pemerintahan daerah meliputi wilayah Toba, Samosir, Dolok Sanggul, Siborong-borong, Tarutung, Sipahutar, Pahae, Adiankoting dan lain-lain.
Penduduknya sangat majemuk terdiri dari berbagai etnis, suku dan agama. seperti Cina, Jawa, Islam dan lain-lain.
Sedangkan komunitas Batak terdiri dari beragam marga seperti keturunan Guru Mangaloksa Hasibuan (Siopat Pisoran) yakni Hutabarat, Panggabean (termasuk Simorangkir), Hutagalung dan HutaToruan (Hutapea dan Lumban Tobing).
Baca Juga:
Penetapan Ketua PN Tarutung: Permohonan Eksekusi Ditolak, Dinyatakan Non-Eksekutabel
Marga Naipospos seperti Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang dan Marbun, juga didiami penduduk marga Sihombing (Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit), Sitompul, Sipahutar. Sedangkan marga dari daerah Toba, Samosir, Sibolga juga terdapat disana seperti Pasaribu, Purba, Simanjuntak, Silalahi, Aritonang, Sianturi, Marpaung, Silitonga, Pakpahan, Gultom, Samosir, Sitorus, Manullang, Sagala, Siregar, Siahaan dll.
Dari sejarahnya, Kabupaten Tapanuli Utara lahir melalui cikal bakal desa kecil bernama Saitnihuta sekitar tahun 1864 yang merupakan tempat "Partukkoan" atau Pusat Perdagangan (sistem Barter) masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah Tapanuli Toba, Samosir, Tapanuli Tengah (Sibolga) hingga Tapanuli Selatan (Sipirok) dan kemudian oleh Belanda pusat perdagangan bergeser ke Kota Tarutung dan Pemerintahan Belanda mendirikan markas di Tangsi Tarutung.
Namun, seiring perkembangan jaman, penduduk Kota Tarutung yang sangat majemuk tersebut tidak sedikit yang merantau ke kota besar seperti Medan, Jakarta, Batam, Bandung dll untuk menuntut ilmu ataupun mengadu nasib.