"Vietnam itu datang bertemu dengan Sukarno minta buku perang gerilya. Lalu dibawa itu. Meski cuma buku ada peran juga kita. Kalau kita lihat, Vietnam perang kenapa dia menang? Karena rakyat dan tentara bersatu. Padahal yang serang ratusan ribu prajurit AS. Persatuan bangsanya kuat," jelasnya.
Menhan periode pertama Presiden Jokowi itu mengakui bahwa semangat bela negara di Indonesia sudah dibuktikan di masa kemerdekaan.
Baca Juga:
Presiden RI : Bela Negara Membutuhkan Partisipasi Aktif Seluruh Elemen Masyarakat
Namun, ia menilai, di masa kini semangat bela negara bangsa perlu penguatan.
"Kita sudah pernah dulu menyatakan kuat padahal senjatanya bambu runcing. [Jadi bela negara] tinggal disempurnakan oleh seluruh bangsa. Bela negara ini penting ditanamkan sebagai landasan dan perilaku bangsa Indonesia sebagai reformasi mental sekaligus membangun tangga bangsa dalam menghadapi ancaman, dinamika, dan mewujudkan ketahanan masyarakat,” tutur dia.
“Kesadaran setiap warga yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga merupakan source power bangsa. Mengedepankan aktualisasi nilai Pancasila sebagai kekuatan bangsa. Ideologi yang paling bagus adalah Pancasila, lengkap, saya akui itu,” tandasnya.
Baca Juga:
Babinsa Beri Materi Bela Negara dan Wasbang ke Pelajar SMAN 1 Sitahuis
Dalam memperingati Hari Pahlawan pada 10 November, PKS mengadakan dialog kebangsaan bertajuk “Bela Negara Tanggungjawab Bersama”.
Acara ini menghadirkan Ryamizard dan Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri, sebagai pembicara.
Turut hadir sejumlah kader PKS, di antaranya Surahman Hidayat, Tifatul Sembiring, Mardani Ali Sera, Netty Prasetiyani Aher, Almuzzammil Yusuf, hingga Abdul Kharis Almasyhari. [qnt]