WAHANANEWS.CO, Jakarta - Masalah sampah yang terus meningkat di berbagai daerah membutuhkan solusi konkret dan berkelanjutan.
Menyikapi hal ini, MARTABAT Prabowoo-Gibran mendorong pemerintah daerah untuk meniru langkah progresif yang diambil oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda dalam pengelolaan sampah melalui penggunaan insinerator di setiap kecamatan.
Baca Juga:
Wali Kota Farhan Bakal Akselerasi Penanganan Sampah Kota Bandung
Langkah Pemkot Samarinda yang menargetkan pemasangan insinerator di 10 kecamatan dinilai sebagai terobosan yang patut dicontoh.
“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan tempat pembuangan akhir (TPA) yang semakin penuh. Penggunaan insinerator yang mampu mengolah hampir semua jenis sampah organik adalah solusi yang lebih modern dan efisien,” ujar Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, (4/4/2025).
Ia juga menyoroti efisiensi anggaran yang diterapkan Pemkot Samarinda dalam pengadaan insinerator.
Baca Juga:
Sampah Menumpuk di Kali Angke Serpong, Wawalkot Tangsel Turun Pastikan Normalisasi Berjalan Optimal
“Kalau di beberapa daerah harga satu insinerator mencapai hampir Rp 5 miliar, Samarinda bisa mendapatkannya dengan harga sekitar Rp 1 miliar per unit. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan anggaran yang cermat bisa menghasilkan solusi yang lebih terjangkau namun tetap efektif,” tambahnya.
Tohom mengungkapkan bahwa kebijakan ini berpotensi membuka peluang ekonomi baru.
“Abu hasil pembakaran sampah bisa diolah menjadi paving blok untuk fasilitas umum. Ini adalah pendekatan circular economy yang seharusnya ditiru oleh daerah lain,” katanya.
Lebih lanjut, Tohom menilai bahwa penerapan insinerator di setiap kecamatan akan berdampak signifikan pada kebersihan kota dan kesehatan masyarakat.
“Jika setiap daerah menerapkan kebijakan ini, kita tidak hanya mengatasi persoalan sampah tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari potensi penyakit akibat sampah yang menumpuk,” ungkapnya.
MARTABAT Prabowo-Gibran berharap pemerintah pusat dan daerah lebih serius dalam mengadopsi teknologi pengolahan sampah yang lebih modern.
“Kita butuh kebijakan yang visioner dan eksekusi yang cepat. Jangan sampai kita terus-menerus terjebak dalam solusi jangka pendek yang tidak menyelesaikan akar masalah,” pungkas Tohom.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]