WAHANANEWS.CO, Jakarta - Indonesia mencatat sejarah baru di bidang teknologi satelit dengan berhasilnya peluncuran Satelit Nusantara Lima (N5) dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Roket Falcon 9 milik perusahaan antariksa SpaceX mengorbitkan satelit tersebut pada Jumat pagi (12/9/2025) waktu Indonesia atau Kamis malam (11/9/2025) waktu setempat.
Baca Juga:
Usai Penetapan Nomor Urut, Begini Tanggapan 4 Paslon Bupati dan Wakil Bupati Sikka di Pilkada 2024
Momen bersejarah ini disaksikan langsung oleh ratusan masyarakat di tanah air melalui siaran daring.
Suasana penuh kebanggaan mewarnai jalannya peluncuran karena Satelit Nusantara Lima digadang menjadi salah satu penentu masa depan konektivitas digital Indonesia.
Satelit ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Satelit Nusantara Lima (SNL), anak perusahaan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), dan akan menempati slot orbit 113° Bujur Timur.
Baca Juga:
Pesawat Jet Pribadi Donald Trump Tabrakan di Bandara Florida
Posisi tersebut dikenal sebagai golden spot karena mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara menyeluruh, termasuk wilayah timur yang selama ini masih terbatas akses internetnya.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Wayan Toni Suprapto, hadir langsung di fasilitas peluncuran SpaceX.
Ia menyampaikan bahwa kehadiran Nusantara Lima menjadi langkah besar dalam mempercepat transformasi digital nasional.
“Dengan peluncuran Nusantara Lima, kami berharap bermanfaat untuk bangsa dan negara,” ujar Wayan, dikutip dari antaranews.com, Jumat (12/9/2025).
Berdasarkan informasi resmi, satelit ini diproyeksikan beroperasi penuh mulai kuartal I 2026.
Proyek tersebut melibatkan kerja sama dengan sejumlah mitra global, yakni Boeing Satellite Systems sebagai pabrikan satelit, Hughes Network Systems untuk segmen darat, serta SpaceX sebagai penyedia roket peluncur.
Sementara itu, pemerintah melalui Kemkomdigi memastikan registrasi slot orbit tetap berada di bawah kedaulatan Indonesia.
Nusantara Lima memiliki kapasitas hingga 160 gigabyte per second (Gbps), menjadikannya satelit komunikasi terbesar di kawasan ASEAN.
Dengan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS), total kapasitas satelit Indonesia kini hampir menyentuh 400 Gbps, menjadikannya yang terbesar di Asia Pasifik.
Keunggulan lain dari satelit ini adalah penggunaan sistem propulsi XIPS (Xenon-Ion Propulsion System) yang lebih efisien dan ringan dibanding teknologi konvensional.
Hal ini memungkinkan daya angkut lebih besar serta 101 spot beam yang sanggup menjangkau seluruh pelosok nusantara hingga negara tetangga seperti Filipina dan Malaysia.
Untuk pengoperasiannya, Nusantara Lima ditunjang delapan stasiun bumi (gateway) yang tersebar di Banda Aceh, Bengkulu, Cikarang, Gresik, Banjarmasin, Tarakan, Kupang, dan Makassar.
Infrastruktur tersebut dibangun oleh tenaga ahli lokal sebagai wujud pemberdayaan talenta digital nasional.
Meski menggandeng mitra internasional, perancangan, pengelolaan, dan pemanfaatan Nusantara Lima sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan Indonesia.
Kehadiran satelit ini bukan hanya meningkatkan layanan internet cepat dan merata hingga ke wilayah 3T (terdepan, tertinggal, terluar), tetapi juga menjadi simbol kemandirian satelit nasional, menjaga kedaulatan data, serta memperkuat ketahanan komunikasi negara.
Peluncuran Nusantara Lima juga menambah deretan tonggak sejarah satelit Indonesia setelah era Satelit Palapa A1 (1976), Satelit Nusantara Satu (2019), dan SATRIA-1 (2023).
Dengan demikian, Indonesia menegaskan posisinya kembali sebagai salah satu negara pemimpin satelit di kawasan Asia.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]