WahanaNews.co | Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menjelaskan fenomena semburan lumpur panas dari dalam tanah di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Sumbar).
Fenomena semburan lumpur panas itu terjadi usai gempa magnitudo 6,2 mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Jumat (25/2/2022).
Baca Juga:
BMKG: Tercatat Ada 195 Gempa Susulan di Pasaman Barat Sumbar
Suharyanto menyebut fenomena itu dikenal dengan istilah likuefaksi tanah.
Fenomena likuefaksi terjadi ketika tanah yang jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan.
Sehingga, tanah yang padat itu berubah wujud menjadi cairan atau air berat.
Baca Juga:
Innalilahi, Pengungsi Gempa Sumbar Meninggal Usai Kejang di Tenda Darurat Halaman Kantor Bupati
"Di setiap gempa dengan episenter di darat biasa diikuti dengan fenomena longsor, likuifaksi dan gerakan tanah," kata Suharyanto kepada wartawan, Jumat (25/2/2022).
Ia menjelaskan, likuefaksi tidak hanya terjadi dalam skala besar seperti di Palu tahun 2018 lalu, tetapi juga dalam skala kecil.
Ia menyebut fenomena itu juga bisa terjadi ketika keringnya air sumur dan naiknya pasir.