Para ayah di Afghanistan telah menyatakan kekhawatirannya
bahwa Taliban akan mengambil anak perempuan mereka dan memaksa mereka menjadi
budak.
Haji Rozi Baig, seorang sesepuh Afghanistan, mengatakan
pengambilalihan Taliban atas distrik Khwaja Bahauddin Takhar--bekas markas
Northern Alliance yang jatuh ke tangan ekstrimis pada Juni--telah memicu
kekhawatiran para militan akan secara paksa menikahi putri mereka.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
"Di bawah kendali pemerintah, kami senang dan
setidaknya menikmati kebebasan," kata Baig, menurut laporan Financial
Times.
Sejak Taliban mengambil alih, Baig merasa tertekan. Di
rumah, warga tidak dapat berbicara dengan keras, tidak dapat mendengarkan musik
dan tidak dapat mengirim wanita ke pasar Jumat.
"Mereka bertanya tentang anggota keluarga. Komandan
[Taliban] mengatakan Anda tidak boleh menjaga anak perempuan di atas usia 18
tahun; itu berdosa, mereka harus menikah," ujar Baig
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
"Saya yakin keesokan harinya mereka akan datang dan
mengambil putri saya yang berusia 23 dan 24 tahun dan menikahi mereka dengan
paksa," katanya.
Perempuan bahkan akan memerlukan izin untuk meninggalkan
rumah mereka jika kelompok ekstremis mengambil kembali kendali dan menegakkan
hukum syariah versi mereka sendiri yang ketat. Wajib mengenakan jilbab--tetapi
perempuan akan diizinkan bersekolah jika guru mereka perempuan.
Sementara itu, Taliban mengungkapkan pada hari Rabu bahwa
mereka telah merebut perlintasan perbatasan strategis Spin Boldak di sepanjang
perbatasan dengan Pakistan.