WahanaNews.co | Musibah jatuhnya pesawat Sriwiajaya Air SJ-182 rute
Jakarta-Pontianak di Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021), menyisakan sejumlah cerita pilu bagi banyak keluarga.
Tak terkecuali bagi keluarga Panca
Widia Nursanti, 47, di Desa Surokidul, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, maupun yang di
Pontianak.
Baca Juga:
Sriwijaya Air Beberkan Alasan 27 Ahli Waris Belum Dapat Ganti Rugi
Korban, yang merupakan
guru di SMKN 3 Pontianak, sedianya hendak terbang kembali ke Pontianak, usai
pulang kampung ke rumah keluarganya di Kabupaten Tegal.
Setelah sekitar semingguan berada di
kampung halamannya itu, korban dijadwalkan terbang menggunakan NAM Air, pukul 06.00 WIB, dari Bandara Soekarno-Hatta.
Suami korban, Taufik Yusuf Alidrus, mengatakan, istrinya itu awalnya
akan pulang ke Pontianak menggunakan pesawat NAM Air pukul
06.00 WIB.
Baca Juga:
KNKT Beberkan Misteri Sriwijaya Air Jatuh di Kepulauan Seribu
Itulah sebabnya, dari kampung halaman di Slawi, Tegal, istrinya menumpang travel dan berangkat sejak Jumat (8/1/2021) malam,
sekitar pukul 20.00 WIB.
"Sampai di Bandara Soekarno-Hatta,
Sabtu (9/1/2021), sekitar pukul 04.00 WIB. Rencananya, pukul 06.00 - 07.00 WIB akan terbang menggunakan NAM Air," ungkapnya, sebagaimana dikutip pada Senin (11/1/2021).
Tetapi,
penerbangan di-delay hingga pukul 13.25 WIB, dan masih di-delay lagi
sampai pukul 14.05 WIB, baru masuk pesawat.
Menurut Taufik, pergantian pesawat
dari NAM Air ke Sriwijaya Air juga tidak diketahui pasti
alasannya.
Istrinya hanya mengabarkan, dari pihak maskapai langsung menggantikan penerbangannya ke
pesawat Sriwijaya Air.
Sebelum take off, istrinya sempat mengabarkan kondisi cuaca kurang baik, dan meminta didoakan.
Diungkapkan Taufik, setelah istrinya
mengabarkan akan siap-siap terbang, dia pun langsung berangkat menuju Bandara
Soepadio Pontianak.
Pukul 14.30 WIB, dia sudah sampai ke
bandara, dan melihat di tagline
informasi kedatangan pesawat ada perubahan.
Hanya saja, papar Taufik, perasaannya
saat itu sangat tidak enak, dan sampai pukul 15.30 WIB belum ada
kabar.
Di bandara pun sama sekali tidak ada
kabar yang didapatkan saat itu, karena semua petugas di sana tak berani
mengeluarkan komentar apapun.
"Sampai tak lama kemudian, tersiar kabar bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mengalami lost contact
dengan otoritas bandara," ungkapnya.
Saat ini, dia sudah melakukan tes DNA
dan mengumpulkan data-data pribadi istrinya untuk mengidentifikasi korban
sambil menunggu informasi lebih lanjut.
Taufik menambahkan, keluarganya memang secara kontinyu bergantian berlebaran di
Pontianak dan Slawi.
Hanya karena tahun 2020 kemarin ada
pandemi Covid-19, keluarganya baru berkesempatan ke Slawi, Tegal, di awal tahun ini.
Sebenarnya, mereka
berniat pulang ke Desa Surokidul, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, bersama-sama.
"Tapi anak-anak tidak mau diajak,
sehingga istri saya pulang sendirian ke Jawa," ujar Taufik. [dhn]