Ketika Jenderal Sudirman wafat pada tahun 1950, Simatupang diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal hingga tahun 1953.
Jabatan KSAP secara hirarki organisasi pada waktu itu berada di atas Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, Kepala Staf Angkatan Udara, dan di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan.
Baca Juga:
Ini 10 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia pada 2024
“Pak Sim dalam tempo enam tahun telah menjadi mayor jenderal dengan jabatan KSAP yang merupakan jabatan tertinggi dalam angkatan bersenjata RI. Mungkin karir militer seperti itu tak akan ada yang menyamai dalam sejarah Republik Indonesia,” kata Letjen Purn Sayidiman Suryohadiprojo dalam buku 70 Tahun Dr TB Simatupang, Saya Adalah Orang Yang Berhutang terbitan Pustaka Sinar Harapan.
Selama masa jabatannya, terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 masa gelombang demonstrasi di Jakarta yang menuntut pembubaran parlemen.
Pada tahun 1953, Presiden Sukarno mengurangi wewenang Simatupang di AD. Sukarno juga menghapus jabatan KSAP - kini disebut Panglima TNI – kemudian tahun 1954, Simatupang diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI.
Baca Juga:
Kudeta Militer Guncang Negara Bolivia, Apa yang Terjadi?
Ia pensiun muda pada 1959 dan memilih aktif dalam kegiatan gereja dan menulis buku. Melalui tulisan, ia membekali perwira-perwira di sekolah militer, dan tak pernah enggan berbagi ilmu terkait konsep maupun strategi militer.
Buku pertama yang ia tulis adalah Laporan dari Banaran. Buku ini mengisahkan tentang perannya dalam Revolusi Kemerdekaan. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.