WahanaNews.co | Bursa pemilu masih dua tahun lagi, tetapi beberapa tokoh sudah ramai diperbincangkan karena digadang-gadang jadi bakal capres di pemilu 2024.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) menarik perhatian publik beberapa waktu terakhir dengan manuver politik.
Baca Juga:
Ridwan Kamil Janji Bereskan Masalah Tempat Ibadah dan Jamin Keadilan Sosial di Jakarta
Sejumlah pengamat menilai manuver agresif itu sebagai taktik RK mencari tiket di Pilpres 2024.
Masih segar ingatan soal pertemuan Emil dengan dua ketua umum partai politik pada Juni lalu. Ia bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pada 4 dan 5 Juni 2021.
Emil membonceng AHY dari rumah dinas Gubernur Jawa Barat menuju tempat makan di Ciumbuleuit. Keduanya menghabiskan waktu bersama sambil bicara politik.
Baca Juga:
DPD MARTABAT Prabowo-Gibran DKI Jakarta Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Pilgub 2024
Mantan wali kota Bandung itu mengunggah momen kebersamaan dengan AHY di Instagram. Ia bilang selalu mendukung apapun langkah politik putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.
"Saya selalu mendoakan AHY, termasuk ketika ramai-ramai kemarin kepala daerah mendoakan dan jangan mengganggu AHY, salah satunya Jabar," kata Emil saat itu.
Pada hari berikutnya, Emil bertemu dengan Airlangga di Bandung. Dalam acara makan siang, ia mengenakan kemeja kuning, warna khas Partai Golkar.
Keduanya tampak ditemani sejumlah elite Golkar dalam pertemuan itu. Usai acara, Emil pun berdoa agar Allah SWT memudahkan langkah Airlangga di Pilpres 2024.
Gerilya Emil berlanjut. Sabtu (29/1) lalu, ia menghadiri pidato kebudayaan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di Perpustakaan Nasional. Keduanya sempat berbincang hangat seusai acara.
Emil, sapaan akrabnya, menyebut ini kali ketiga dirinya bertemu dengan Zulhas. Ia menyebut Zulhas sebagai sahabat. Emil pun tak sungkan bicara kemungkinan bergabung dengan PAN.
Selain rajin bertemu ketua umum parpol, Emil tak ragu menyatakan niat maju di Pilpres 2024. Ia mengungkap sedang menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik untuk mewujudkan niatnya tersebut.
"RI satu atau RI dua itu Allah yang tentukan. Tugas manusia kayak PON Papua tadi, kerja keras, bertanding, berkompetisi, nanti medali perak atau emas itu wilayah Tuhan," ujar Emil.
Modal Terbatas
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai Emil bergerilya secara agresif karena modal yang serba terbatas. Dalam urusan elektabilitas, Emil selalu menduduki papan tengah di berbagai survei.
Survei Indikator Politik Indonesia pada Desember 2021 menempatkan Emil di posisi kelima dengan elektabilitas 4,1 persen. Survei SMRC pada Desember 2021 pun mencatat elektabilitas Emil hanya 3,3 persen dan berada di urutan keenam.
Elektabilitas Emil juga tidak terlalu menjanjikan di bursa wakil presiden. Ia hanya menempati urutan ketiga kandidat wakil presiden pada survei Spektrum Politika Institute, Juli 2021.
"Dia tahu dan paham dengan kondisi dia sendiri. Pertama, elektabilitas masih di tengah, belum bisa menyaingi Anies, Prabowo, dan Ganjar. Kedua, juga tidak punya partai politik. Satu-satunya jalan adalah roadshow ke sana ke mari," kata Ujang.
Menurut Ujang, pilihan tersebut mau tidak mau harus diambil Emil. Ujang mengatakan Emil harus habis-habisan jika serius ingin manggung pada 2024.
Namun, kata Ujang, sowan ke elite politik saja tidak akan cukup. Menurutnya, Emil perlu melebarkan sayap popularitas ke berbagai daerah. Salah satu caranya dengan memperbanyak kunjungan ke daerah lain.
"Kekurangan capres atau cawapres dari gubernur, kan tingkatnya lokal. Tingkatnya satu wilayah, ya RK Jawa barat, Anies Jakarta, Ganjar Jawa tengah. Yang harus dilakukan ya harus diterima di banyak kalangan, suku, entitas lain," kata Ujang.
Dihubungi terpisah, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menilai manuver Emil hendak meyakinkan parpol untuk memberikan tiket Pilpres 2024. Namun, pergerakan terlalu dini juga bisa mengundang serangan politik dari lawan.
"Negatifnya, kalau terlalu dini, dikhawatirkan akan blunder politik. Karena modal yang dipakai RK sebatas menjadi Gubernur Jawa Barat," ucap Wasisto, Minggu (31/1).
Wasisto berpendapat Emil harus menambah strategi jika benar-benar ingin maju pada Pilpres 2024. Pekerjaan rumah pertama yang harus dituntaskan Emil adalah meningkatkan popularitas dan elektabilitas.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah menampilkan citra diri sebagai pemimpin agamis. Menurut Wasisto, saat ini bursa calon presiden dan wakil presiden disesaki sosok nasionalis-sekuler.
Hanya Anies Baswedan yang tampil sebagai sosok pemimpin agamis. Wasisto berkata ada peluang besar jika Emil mampu mengemas diri sebagai sosok pemimpin religius nan toleran.
"Ketika sudah head to head dengan Anies sebagai pemimpin agamis, itu bagaimana dia memoles dirinya sebagai pluralis. Di situ lah sebenarnya blunder Anies Baswedan," kata Wasisto.
"Anies dulu dikenal sebagai figur pluralis, tapi malah berpindah ke konservatif. Nah, kalau RK berhasil menjadi antitesis Anies Baswedan, dengan tetap menjaga citra agamis, saya pikir elektabilitas RK akan naik," ujarnya. [bay]