Selain itu, Daryono menyampaikan kurangnya pemahaman masyarakat tentang karakteristik serta bahaya arus laut di pantai, menjadi faktor utama banyaknya korban jiwa terseret arus laut.
Daryono pun meyakini bahwa masyarakat dapat terhindar dari bahaya arus laut, dengan memahami karakteristik maupun mekanisme terbentuknya arus berbahaya ini.
Baca Juga:
Pimpinan Kelompok Ritual Pantai Payangan Diperiksa
Sebab, fenomena derasnya arus pantai merupakan gejala alam biasa dan dapat dijelaskan secara ilmiah.
Dalam peristiwa ritual maut di Pantai Payangan ini, untuk diketahui bahwa fenomena rip current adalah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah.
"Karena gerakan 'rip current' ini berlangsung sangat cepat dan singkat, maka orang yang terjebak dan terseret arus ini sangat sulit untuk melepaskan diri hingga seolah terseret ke tengah laut. Ini lah sebabnya mengapa arus ini banyak memakan korban jiwa," ungkapnya.
Baca Juga:
Bacaan Ritual Tidak Masalah, MUI: Anehnya Kenapa Dilaksanakan di Pantai ketika Ombak Besar
Mitigasi rip current dari ritual Pantai Payangan
Terkait musibah dari ritual di Pantai Payangan Jember ini, Daryono menambahkan bahwa pemeritah daerah juga perlu untuk memikirkan, agar keamanan pantai yang menjadi objek wisata lebih mendapatkan perhatian.
"Terobosan sosialisasi ini tampaknya akan sangat efektif jika dilakukan mengingat kebanyakan para korban arus ini adalah para wisatawan dari luar daerah yang sangat awam mengenai kondisi pantai setempat,"
Mengingat lokasi rip current bergantung pada arah datangnya gelombang laut, kata dia, menandakan lokasi pantai yang rawan arus tersebut dapat dikenali.