WahanaNews.co, Jakarta - Proses pencarian dan evakuasi terhadap para pendaki yang terdampak erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat, terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Kini, jumlah korban tewas tercatat 23 orang.
Sebelas di antaranya berhasil diidentifikasi. Berikut ini fakta-fakta terbaru terkait erupsi Gunung Marapi.
Baca Juga:
Kakanwil Kemenkumham Sulut Ajak PK Muda Jaga Integritas dalam Menjalankan Tugas
Sebanyak 75 pendaki dilaporkan terjebak saat erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada Minggu (3/12). Polda Sumbar mengatakan 23 pendaki tewas, sebelas diantaranya sudah diidentifikasi.
"Total yang teridentifikasi sudah 11 orang," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumatera Barat Komisaris Besar Polisi Lisda Cancer di Bukittinggi, Selasa (5/12).
Lisda menyampaikan hampir semua korban erupsi Gunung Marapi yang meninggal ataupun selamat mengalami luka bakar pada bagian tubuhnya. Korban erupsi Gunung Marapi yang meninggal dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi.
Baca Juga:
KPU Jakpus Terapkan SOP Pengamanan Logistik Pilkada Jakarta 2024 untuk Keamanan Optimal
Seorang pendaki masih hilang
Kepala Kantor SAR Kota Padang, Abdul Malik, menyampaikan saat ini tim SAR gabungan masih mencari satu orang pendaki yang belum ditemukan.
"Satu orang dalam pencarian," ujarnya.
Abdul pun mengungkapkan proses evakuasi dan pencarian para pendaki di Gunung Marapi pada Selasa kemarin terhambat erupsi susulan
Akibat erupsi tersebut, hujan abu terjadi hingga ke kaki bukit Gunung Marapi. Hal ini menyebabkan jarak pandang tim SAR gabungan terganggu.
"Abu vulkanik sudah turun ke kaki bukit, ini membuat tim visibility kurang melihat kondisi di lapangan," kata dia.
Hujan abu di 4 kecamatan
Hujan abu imbas erupsi Gunung Marapi masih terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Agam hingga Selasa kemarin.
Berdasarkan data Pemkab Agam, ada empat wilayah yang terdampak, yakni Kecamatan Canduang, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, dan Kecamatan Malalak.
"Sampai hari ini masih ada hujan abu, hanya hujan abu, kerikilnya sudah tidak ada," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Bambang Wasito dalam keterangan tertulis.
Namun, kata Bambang, warga yang berada di empat kecamatan itu tidak ada yang mengungsi. Warga telah diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Selain itu, warga juga diimbau untuk menggunakan masker apabila harus beraktivitas di luar rumah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak kesehatan akibat abu vulkanik tersebut.
Polda Sumbar evaluasi izin pendakian
Polda Sumbar membuka kemungkinan akan mendalami serta mengevaluasi pihak yang bertanggung jawab soal izin pendakian di Gunung Marapi. Sebab, sejak 2011, sudah ada peringatan agar tidak ada aktivitas pendakian.
"Sejak 2011 ini sudah ada peringatan untuk tidak dilakukan pendakian pada gunung yang sifatnya masih berapi," kata Kepala Polda Sumbar Inspektur Jenderal Polisi Suharyono di Bukittinggi.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, sejak 3 Agustus 2011 Gunung Marapi berstatus waspada atau level II.
Dengan status itu, salah satu rekomendasinya adalah masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan berkegiatan atau mendekati gunung pada radius tiga kilometer dari kawah atau puncak.
Suharyono mengatakan para pendaki yang masuk lewat pos resmi dipastikan harus mengikuti mekanisme atau prosedur operasional standar (SOP) yang ditetapkan pengelola atau pemberi izin.
"Mereka yang lewat pos-pos itu kan melalui perizinan. Nah, kalau pihak perizinan tetap mengizinkan berarti kami akan mengevaluasinya," ujarnya.
Namun, kata dia, saat ini pihaknya masih fokus pada misi pencarian dan penyelamatan serta identifikasi para korban.
[Redaktur: Sandy]