Provinsi Jawa Timur memiliki potensi besar untuk menjadi contoh reformasi pembangunan SDM berbasis kebutuhan daerah. Dengan kekuatan di sektor perkebunan, agroindustri, dan manufaktur, kebutuhan tenaga muda terampil sangat besar. Sektor perkebunan kini tidak hanya membutuhkan tenaga lapangan, tetapi juga tenaga yang menguasai teknologi pasca panen, mekanisasi pertanian, dan digitalisasi rantai pasok.
Namun, perbaikan sistem pendidikan dan kebijakan saja tidak cukup tanpa kesadaran dari generasi muda sendiri. Anak muda harus berani keluar dari zona nyaman dan menyiapkan diri menghadapi tantangan dunia kerja yang terus berubah. Kecakapan baru seperti problem solving, kemampuan analitis, komunikasi efektif, serta literasi teknologi harus terus diasah. Nilai-nilai kejujuran, disiplin, kreativitas, dan integritas harus menjadi fondasi karakter profesional.
Baca Juga:
Kemenhub Genjot SDM Transportasi Air Lewat Pelatihan Pemeriksaan SPM
Untuk menjembatani kesenjangan kompetensi SDM muda dan kebutuhan dunia kerja, beberapa langkah strategis dapat dipertimbangkan: pemetaan kompetensi daerah, integrasi sistem informasi tenaga kerja digital, kebijakan insentif bagi perusahaan pelatihan, penguatan pendidikan vokasi, pendampingan karier dan kewirausahaan muda, serta kemitraan lintas sektor yang berkelanjutan.
Kesenjangan kompetensi antara dunia pendidikan dan dunia kerja bukan hanya soal ekonomi, tetapi soal masa depan bangsa. Tanpa langkah konkret dan kolaboratif, bonus demografi bisa menjadi demographic disaster. Namun, dengan visi bersama, inovasi kebijakan, dan partisipasi aktif generasi muda, Indonesia mampu mengubah tantangan ini menjadi momentum kebangkitan SDM unggul.
[Redaktur: Robert ]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.