Oleh CEPI AL HAKIM
Baca Juga:
Sebut Tak Semua Air Bisa Meresap, Ini Dalih Kontraktor Sumur Resapan
ADA apa dengan sumur resapan di DKI Jakarta?
Pertanyaan itu yang muncul pertama ketika ramai dibahas di media elektronik, ketika banjir di Jakarta terjadi di awal November 2021.
Baca Juga:
Banjir Rob Landa Sejumlah Kawasan di Jakut
Pembuatan sumur resapan DKI Jakarta, lebih dikenal dengan drainase vertikal, dinilai tidak efektif mengurangi banjir, meskipun sudah menggunakan anggaran yang besar.
Dalam melihat hal ini tentu kita harus melihat secara obyektif dan mengerti tentang apa itu sumur resapan.
Maksud pembuatan sumur resapan mengurangi ganangan (zero run off) dan menabung air tanah (save ground water) untuk mengurangi beban air hujan yang masuk ke sungai agar tidak menjadi penyebab banjir Jakarta.
Memang sumur resapan tidak dirancang untuk mengatasi banjir bah yang debitnya sangat besar dengan curah hujan tinggi.
Penanganan banjir harus dilakukan secara terintegrasi sebagai gerakan bersama dari pusat, daerah, kelompok masyarakat, dan pelaku usaha.
Untuk mengantisipasi banjir dengan debit besar sebaiknya dilakukan dengan cara vegetasi dan sipil teknis disesuaikan dengan kawasan masing-masing, baik di kawasan hulu, tengah, maupun hilir daerah aliran sungai.
Pertama kita harus memahami penyebab banjir Jakarta terlebih dahulu, banjir yang hampir bersamaan dengan wilayah lain di Indonesia, seperti Batu Malang, Palangkaraya, bahkan Sintang, Kalimantan Barat, sejak awal musim hujan ini.
Beberapa penyebab banjir di DKI Jakarta, pertama, daya dukung kota yang semakin menurun, laju pembangunan dan perubahan tata ruang tidak dibarengi dengan pertambahan ruang terbuka hijau (RTH).
Kedua, drainase kota sudah tidak optimal.
Jaringan drainase yang rusak belum semua diperbaiki.
Beberapa kawasan sudah ditata, drainase dan trotoarnya diperbaiki, termasuk jaringan utilitas pendukung, tetapi belum menyeluruh di kawasan Jakarta.
Ketiga, kerusakan lingkungan di kawasan hulu atau daerah Puncak sebagai menara air semakin meningkatkan debit air yang masuk ke Jakarta.
Hingga kini belum ada upaya perbaikan yang signifikan antara kerusakan kawasan hulu.
Keempat, ada 13 sungai yang melintas ke kawasan Jakarta, di mana kawasan hulu berada di provinsi lain, yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR.
Kewenangan ini yang selalu menjadi hambatan untuk penataan 13 wilayah sungai tersebut sehingga perlu ada sinergi antara pusat dan daerah.
Kelima, pengambilan air tanah berlebih untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari ataupun untuk kepentingan komersial tanpa ada upaya untuk menyimpan atau mengembalikannya kembali sehinggga muka air tanah Jakarta semakin turun dan rapuh, ruang reservoar bawah tanah banyak kosong.
Kondisi ini diperparah dengan, keenam, masuknya (instrusi) air laut di kawasan Jakarta sebelah utara dan kawasan yang berdekatan dengan kawasan pantai.
Program Sumur Resapan
Beberapa upaya sudah dilakukan pemerintah pusat dan provinsi untuk mengatasi banjir di Jakarta dan sudah terlihat hasilnya.
Kerja sama dengan kawasan pendukung, misalnya, yakni Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Tangerang Raya, untuk mengurangi beban debit air yang masuk ke kawasan Jakarta.
Pembangunan waduk Sukamahi di Ciawi Bogor juga salah satu uapaya untuk mengurangi debit air ke Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga memiliki beberapa program penanaman 23.500 pohon, 47.000 mangrove, dan 2,4 juta vegetasi penyerap karbon di Jakarta.
Selain itu juga membangun 57 taman baru yang dikembangkan secara partisipatif, 20 taman lingkungan yang dikembangkan dengan kolam retensi, dan sertifikasi 260 bangunan hijau.
Beberapa program lain untuk mengatasi banjir Jakarta antara lain: a) pembangunan tanggul pantai dan muara sungai yang terintegrasi dengan sistem polder; b) pembangunan kampung susun sebagai model permukiman yang resilien menghadapi bencana iklim; serta c) regulasi pengawasan dan pembatasan eksploitasi air tanah.
Dalam Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS) Ciliwung disebutkan bahwa agar optimal mengurangi banjir, harus di bangun 297.000 sumur resapan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Kalau kemampuan pemerintah per tahun hanya 1.000 sumur, berarti perlu waktu sekitar 297 tahun banjir secara signifikan bisa dikurangi.
Namun, dengan kemampuan anggaran yang ada, Pemprov DKI Jakarta berani membuat program 300.000 sumur resapan selama tiga tahun.
Seharusnya program ini dimulai pada 2020 dan selesai pada 2022, tetapi baru tahun 2021 ini dilakukan tender/lelang proyeknya.
Pemprov DKI Jakarta, melalui Dinas Sumber Daya Air, menargetkan pembangunan 150.000 sumur resapan pada 2021 dengan anggaran Rp 441 miliar dari APBD DKI Jakarta 2021 (Kompas.com, 8 Desember 2020).
Program pembuatan 150.000 sumur resapan tersebut merupakan terobosan yang berani.
Pada 2019, melalui Dinas Perindustrian dan Energi, Pemprov DKI Jakarta menargetkan membangun sekitar 1.300 sumur resapan.
Namun, target tidak tercapai karena kurangnya vendor atau mitra kerja dalam pembangunan sumur resapan.
Pembuatan sumur resapan di DKI Jakarta mengacu pada Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan.
Sesuai dengan SNI Nomor 8.456 Tahun 2017, pembuatan sumur resapan harus memperhatikan curah hujan, permeabilitas tanah, dan lokasi sumur resapan. Program sumur resapan di Jakarta dimulai dengan kick off Gerakan Bersama 3.700.000 sumur resapan pada 5 November 2017.
Sumur resapan dibangun di kawasan yang sudah terbangun, seperti perkotaan.
Fungsinya untuk menampung air hujan agar tidak langsung terbuang ke drainase.
Manfaat Sumur Resapan
Manfaat sumur resapan, antara lain untuk menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah sehingga dapat menjaga keseimbangan hidrologi air tanah.
Selain itu juga mereduksi dimensi jaringan drainase hingga sampai nol jika diperlukan, menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah, mempertahankan tinggi muka air tanah.
Sumur resapan juga bermanfaat untuk mengurangi limpasan permukaan sehingga dapat mencegah genangan dan banjir saat hujan.
Sumur resapan juga dapat menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengisi pori-pori tanah sehingga mencegah penurunan tanah.
Kawasan Jabotabek rata-rata memiliki 122 hari hujan dalam setahun.
Kemampuan satu sumur meresapkan dan menabung air sekitar 4-6 kubik air per hari.
Jadi, dalam setahun air yang diresapkan sekitar 4 kubik x 122 hari.
Kalau Pemprov DKI Jakarta berencana membuat 150.000 sumur resapan yang baik dan benar, dalam setahun air hujan yang disimpan sekitar 73,2 juta kubik.
Tentu jumlah yang sangat besar untuk menambah cadangan air tanah yang diambil setiap hari untuk aktivitas manusia, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan industri dan komersial.
Apakah sumur resapan di Jakarta efektif untuk mengatasi banjir, atau hanya menghabiskan anggaran besar?
Tentu saja kalau mengacu Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembuatan Sumur Resapan dari Dinas SDA Pemprov DKI Jakarta, sumur resapan akan sangat efektif mengatasi genangan, bukan banjir bah dengan debit air besar.
Masalah yang ditemukan di lapangan masih ada sumur resapan yang tidak sesuai dengan KAK, misalnya penempatan lokasi sumur, desain teknis, dan tidak adanya jalan masuk air (inlet) ke sumur resapan.
Hal tersebut bukan salah sumur resapannya, melainkan harus dicek kambali vendor atau mitra kerja pelaksananya, mengapa sumur resapan tidak sesuai dengan KAK.
Beberapa perbaikan perlu dilakukan agar sumur resapan yang sudah baik dan bermanfaat tidak menjadi masalah di kemudian hari, mulai dari perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaanya.
Pembuatan sumur resapan harus menjadi gerakan bersama-sama seluruh pemangku kepentingan di Jakarta.
Pembangunan sumur resapan akan lebih masif dan terjaga kualitasnya dengan melibatkan banyak pihak yang berkepentingan untuk kelestarian lingkungan demi tercapainya tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
Segala upaya untuk pelestarian dan pengawetan sumber daya air tentu harus didukung sebagai tanggung jawab dan gerakan bersama. (Cepi Al Hakim, Wakil Ketua Komisi 1 Konservasi Sumber Daya Air TKPSDA WS Ciliwung Cisadane, Wasekum DPP Pemuda Tani Indonesia)-qnt
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Mengatasi Banjir Jakarta dengan Sumur Resapan”. Klik untuk baca: https://www.kompas.id/baca/opini/2021/12/03/mengatasi-banjir-jakarta-dengan-sumur-resapan.