INDONESIA saat ini ini tengah merambah masa Revolusi Industri 5.0 (Fifth Industrial Revolution). Revolusi Industri 5. 0 diisyarati dengan penggabungan antara teknologi siber serta otomasi, ataupun yang diketahui selaku Cyber- Physical System.
Teknologi tersebut hendak direalisasikan buat Revolusi Industri 5. 0 yang hendak tiba, strategi pemerintah Indonesia merupakan dengan mempersiapkan 5 zona manufaktur unggulan ialah, industri santapan serta minuman, tekstil serta pakaian, Elektronik, otomotif, serta kimia.
Baca Juga:
Pemko Medan Gelar Seminar Pemanfaatan Sumur Laluan untuk Atasi Genangan Air Hujan
Pengembangan kelima zona industri yang jadi fokus dalam implementasi Revolusi Industri 5. 0 ini tidak terlepas dari sokongan zona tenaga sebagai zona penggerak perekonomian sehingga terjadi peningkatan permintaan pasokan tenaga dalam negara( Fitri & Zahar, 2019).
Bagi Dewan Tenaga Nasional Republik Indonesia, di kala ini batu bara masih jadi primadona pemenuhan tenaga nasional dengan sasaran 35, 5% pada tahun 2021. Apalagi batu bara masih hendak mendominasi bauran tenaga nasional pada tahun 2025 sebanyak 30% serta 25% pada tahun 2050.
Untuk mengakomodasi permintaan tenaga yang besar, pemerintah Indonesia sudah membuat sebagian kebijakan terpaut kecukupan dan kebijakan energi nasional. Kebijakan tersebut antara lain, Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 serta Rancangan Umum Energi Nasional(RUEN) lewat Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2017.
Baca Juga:
Wuling Motor Akui Fast Charging Bisa Pengaruhi ‘Kesehatan’ Baterai Kendaraan Listrik
Tetapi, bagi Fitri & Zahar (2019) salah satu isu serta kasus tenaga yang jadi fokus negeri Indonesia bersumber pada RUEN merupakan terbatasnya riset, pengembangan, dan kemampuan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Walaupun industri pertambangan bukan ialah prioritas dalam Revolusi Industri 5. 0 di Indonesia, tetapi tuntutan hendak digitalisasi di industri pertambangan terus bertambah. Salah satu faktor Penyebabnya ialah tren bayaran pembedahan penambangan yang terus menjadi besar serta harga komoditas yang fluktuatif.
Sebagian keuntungan yang bisa diperoleh dari digitalisasi misalnya, dapat dicoba kontrol terhadap K3L serta operasional (Pitoyo et al, 2019), sistem peringatan dini yang lebih efisien pada pemantauan lereng tambang (Wardani & Munthaha, 2021), mengurangi biaya pembedahan penambangan, serta tingkatkan efisiensi perlengkapan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan kalau kebanyakan tambang batu bara di Indonesia masih memakai tata cara tambang terbuka dimana produktivitasnya sangat tergantung pada keefektifan dan tata cara pemeliharaan alat tambang.
Tata cara pemeliharaan perlengkapan tambang yang banyak diterapkan dikala ini ialah preventive Maintenance, di mana pengecekan dicoba secara berkala serta dicoba penggantian sebagian komponen pada mesin yang sesungguhnya belum rusak (Kruczek et al, 2019). Perihal ini tentunya hendak menyebabkan pengeluaran biaya pembedahan tambang yang tidak efisien.
Dengan terdapatnya digitalisasi pertambangan, ada pendekatan baru untuk menyelesaikan permasalahan tersebut ialah dengan pelaksanaan smart mining yang dicoba PT Freeport Indonesia yaitu semacam, konsep pelaksanaan kecerdasan buatan, Internet melalui teknologi (IoT), serta Mahadata (big data) dalam kegiatan pembedahan penambangannya.
Dengan menggunakan smart mining tentunya diharapkan sanggup untuk menunjang kenaikan keselamatan kerja semua karyawan. Perihal ini selaku wujud konsistensi PTFI dalam mempraktikkan bermacam tata cara, sistem, serta kebijakan guna menunjang terciptanya keselamatan kerja di segala zona pembedahan industri.
Sebagian contoh pelaksanaan smart mining yang tengah PTFI jalankan serta kembangkan, merupakan pemakaian teknologi 5G untuk menunjang pembedahan penambangan PTFI.
Smart mining dalam aktivitas pembedahan diterapkan untuk menunjang terciptanya keselamatan kerja yang lebih baik serta menguatkan safety culture selaku salah satu nilai utama industri."
PTFI hendak terus jadi salah satu pemimpin inovasi pertambangan di dalam negara, tidak cuma untuk menomorsatukan dan mewujudkan keselamatan kerja karyawan, tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas industri," jelas EVP Site Operations serta Kepala Metode Tambang PTFI, Carl Tauran. Selain itu PTFI juga memanfaatkan metode predictive maintenance.
Predictive maintenance merupakan sesuatu metode yang lebih efisien untuk mengatasi keandalan yang besar serta bayaran pembedahan yang rendah pada perlengkapan tambang.
Dalam dekat satu dekade terakhir, PT. Freeport Indonesia sudah mengaplikasikan teknologi pembedahan perlengkapan berat dari jarak jauh dalam menambang mineral dasar tanah. Keselamatan pekerja tambang dari bermacam ancaman jadi pertimbangan utama pemakaian teknologi sekaligus untuk melindungi produktivitas agar tetap stabil.
Melalui teknologi canggih itu, PTFI dikala ini mampu melaksanakan aktivitas penambangan jarak jauh serta efektif yang belum lama ikut tingkatkan produktifitas tambang perseroan.
Ada pula, ruang kontrol berjarak dekat 8 km dari posisi perlengkapan berat di dalam terowongan. Perlengkapan berat yang dikendalikan dari jarak jauh merupakan loaders (30 persen), pemecah batu (100 persen) serta kereta listrik pengangkut material tambang (100rsen).
Tiap kereta angkut itu mengangkat dekat 300 ton bijih per perjalan ataupun setara dengan satu truk angkut permukaan.
Lebih dahulu, komitmen PTFI dalam berinovasi untuk menunjang aktivitas pertambangan yang nyaman serta berkepanjangan memperoleh sambutan baik dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Bagi Erick, PTFI selaku bagian dari holding industri tambang negeri, MIND ID, ikut menunjang upaya digitalisasi BUMN demi terciptanya sesuatu nilai baru. Pelaksanaan 5G Mining PTFI menandai langkah pembangunan Indonesia untuk terus bergerak mengarah update serta berinovasi jadi lebih baik.
“Tidak hanya pemerataan akses digital di segala nusantara yang ialah bagian dari tujuan utama Departemen BUMN, kami optimistis kalau langkah transformasi ini hendak membagikan akibat positif yang lebih banyak lagi,” kata Erick.
Erick menerangkan dalam bermacam riset di beberapa negeri yang telah mempraktikkan sistem 5G Mining, produktivitas dapat naik 25 persen, penghematan bayaran 40 persen, serta penghematan tenaga 20 persen.
“Kita bukan Cuma hilirisasi tambang namun berupaya inovasi industri pertambangan secara merata. Salah satunya lewat 5G Mining,” jelasnya.
Dengan ujarnya tersebut bahwa pembedahan dalam tambang, khususnya pada tambang bawah tanah tentunya mempunyai banyak risiko, seperti gempa yang dapat memunculkan semburan batuan, terdapatnya lumpur basah yang terperangkap bersama material tambang di celah batuan.
Risiko yang lain, terowongan runtuh, paparan gas serta debu beracun, dan kebakaran. Keadaan itu dapat mengecam keselamatan pekerja serta membatasi penciptaan jika dicoba manual.
Dalam dekat 15 tahun terakhir semenjak pembedahan tambang dasar tanah dimulai, tercatat 11 peristiwa berujung tewasnya pekerja, di antara lain pada 2013 terdapat 2 karyawan wafat sebab semburan lumpur basah di dalam terowongan di DMZL.
Dengan risiko tersebut, kata Senior Vice President Underground Mine PTFI Henky Rumbino, industri berpikir untuk mengoperasikan perlengkapan berat dari tempat nyaman. Konsepnya menghasilkan operator dari terowongan, namun perlengkapan senantiasa bekerja. [rna]