Nanggroe Aceh, punya perjalanan sejarah yang panjang beratus-ratus abad. Militansi, harga diri, martabat, tidak kenal menyerah, tetapi setia berteman. Karakter yang baik ini harus menjadi modal sosial yang dipertimbangkan Presiden Prabowo dalam membuat kebijakan untuk kepentingan masyarakat.
Masyarakat Aceh masih banyak yang miskin, karena peperangan yang panjang. Tapi itulah rakyat Aceh walaupun miskin dari perut bumi Aceh hasil minyak berpuluh tahun dikuras dijadikan sumber APBN Pemerintah Pusat. Jujur Pemerintah Pusat belum proporsional dalam melakukan redistribusi pendapatan negara untuk Negeri Aceh.
Baca Juga:
Kembalinya Empat Pulau Aceh, Bukti Terseoknya Birokrasi
Pengalaman panjang puluhan tahun berteman dengan teman-teman Aceh baik yang tinggal di Aceh maupun yang bermukim di Medan, memberikan pelajaran artinya bersahabat, saling memberi, terbuka, egaliter sungguh sesuatu yang berharga dalam kehidupan ini.
Semoga Presiden Prabowo, dapat mengambil Keputusan yang membuat elite dan masyarakat Aceh merasakan bahwa pemerintah pusat itu tulus untuk membangun Aceh, mensejahterakan masyarakatnya, dan tetap tangguh sebagai Perisai NKRI di wilayah barat Republik Indonesia.
Masyarakat Aceh dan Sumut selama ini adalah senasib dan seperjuangan. Tetapi masyarakat Aceh itu lebih tahan menderita di era penjajahan Belanda dulu. Berperang melawan Belanda sehingga tidak bisa dikuasai Belanda. Saat itu Sumut sudah porak-poranda dipecah belah Belanda, menguasai perkebunan, dan kerajaan-kerajaan yang di bawah kontrol Belanda.
Baca Juga:
Bukan Migas, Ini yang Diutamakan Wali Nanggroe Soal 4 Pulau Sengketa
Semoga para birokrat di pemerintahan yang merumuskan berbagai kebijakan publik, merumuskan dengan hati, memahami sejarah dan kultur suatu entitas masyarakat. Tidak bisa pukul rata saja. Kearifan birokrasi di semua lini pemerintahan perlu dikembangkan dan dijadikan karakter baru birokrasi yang sering berbicara dengan hati nuraninya.
Cibubur, 17 Juni 2025
*) Pemerhati Kebijakan Publik/Dosen FISIP UNAS