NotPetya disebut sebagai serangan siber termahal dalam sejarah. AS, Inggris, dan UE menuduh militer Rusia sebagai sosok di balik serangan siber yang terjadi pada Juni 2017 ini.
Aplikasi penghancur NotPetya tersembunyi dalam sebuah aplikasi akuntansi yang digunakan di Ukraina. Meski bersembunyi di perangkat lunak lokal, NotPetya menyebar ke seluruh dunia dan menyerang sistem komputer dari ribuan perusahaan.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Serangan tersebut menyebabkan kerugian hingga US$10 miliar atau sekitar Rp143 triliun.
Meski demikian, ilmuwan komputer dari University of Surrey, Alan Woodward mengatakan serangan semacam ini juga memiliki risiko untuk Rusia karena sifatnya yang sulit dikontrol.
"Jenis peretasan yang tidak terkendali ini lebih seperti perang biologis, karena sangat sulit untuk menargetkan infrastruktur kritis tertentu di tempat-tempat tertentu," ujarnya.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
3. Colonial Pipeline
Pada Mei 2021, status darurat dinyatakan di beberapa wilayah AS setelah sebuah serangan peretas menyebabkan jaringan pipa minyak yang sangat vital terganggu.
Serangan tersebut mengganggu jaringan pipa minyak Colonial yang menangani 45 persen suplai diesel, bensin, dan bensin jet untuk wilayah pesisir timur AS.