Budaya yang menekankan pencapaian material atau penampilan sering kali menciptakan lingkungan yang memicu perasaan iri di antara individu yang berusaha memenuhi standar budaya tersebut.
Selain itu, norma-norma sosial dan tekanan dari lingkungan sekitar dapat memberikan arahan kuat terhadap apa yang dianggap sebagai keberhasilan atau nilai yang diinginkan.
Baca Juga:
Sikapnya Manipulatif, Ini 8 Tanda Orang yang Iri dan Dengki pada Kita
Budaya kolektivis yang menekankan kesetaraan dan saling mendukung bisa mengurangi tingkat rasa iri, sementara budaya individualis yang menekankan persaingan seringkali meningkatkan kemungkinan munculnya rasa iri di antara individu.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengaruh budaya dan sosial menjadi krusial dalam merinci dinamika dan faktor-faktor yang membentuk respons emosional, termasuk rasa iri, dalam suatu masyarakat.
Dengan memahami alasan-alasan ini, kita dapat mengembangkan kesadaran diri yang lebih baik dan belajar mengelola emosi iri dengan lebih efektif.
Baca Juga:
Tak Selalu Lebih Pintar, Ini Penjelasan soal Otak Pria yang Lebih Besar dari Wanita
Melalui pendekatan ilmiah, kita dapat memahami sifat dasar emosi ini dan bekerja menuju pola pikir yang lebih sehat dalam menghadapi perasaan iri.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.