Selain itu, Interpol mengamati peningkatan aplikasi perpesanan terenkripsi yang digunakan pelaku kejahatan untuk bertukar informasi dengan korban dalam skema investasi.
Operasi HAECHI III menyoroti dua kasus yaitu dua buronan Korea karena diduga terlibat skema ponzi global ditangkap di Yunani dan Italia setelah menggelapkan EUR28 juta dari 2.000 korban di Korea.
Baca Juga:
Yusuke Yamazaki Buronan Interpol Kasus Penipuan di Jepang Ditangkap Polri
Kemudian penangkapan anggota kelompok kejahatan berbasis di India yang menyamar sebagai petugas Interpol untuk memanggil korban dan mengelabui mereka agar mengirimkan US$159.000 dalam mata uang kripto.
"Ketika kami melihat ke masa depan, kami menyadari pentingnya tindakan penegakan hukum yang tegas dan terpadu lintas batas," kata Hyung Se Lee, Kepala NCB Seoul.
"Operasi HAECHI III tahun ini berbicara banyak tentang koordinasi khusus IFCACC (Pusat Kejahatan Keuangan dan Anti-Korupsi Interpol) dan komitmen kuat dari negara-negara peserta yang semuanya meramalkan Undang-undang baru kemenangan penegakan di depan," sambungnya.
Baca Juga:
Buron Interpol Kejahatan Ekonomi Asal China Ditangkap di Cempaka Putih
Interpol menggarisbawahi keefektifan mekanisme Anti-Money Laundering Rapid Response Protocol (ARRP) atau protokol respons cepat antipencucian uang.
Di antara banyak kesuksesan ARRP selama operasi, NCB Manchester dan Dublin bekerja sama untuk melacak dan menyita sejumlah EUR1,2 juta yang hilang akibat penipuan email bisnis yang dilakukan di Irlandia.
Dana dikembalikan sepenuhnya ke rekening bank Irlandia dan penyelidikan terus berlanjut.