WahanaNews.co | Gagasan reaktor nuklir bermula ketika neutron pertama kali ditemukan pada 1932. Mengutip Britannica, penemuan neutron ini, kemudian dikembangkan menjadi reaktor nuklir sederhana oleh ahli fisika Hungaria, Leo Szilard. Tapi, reaksi nuklir berantai yang melalui mediasi neutron pada elemen ringan di reaktor sederhana tak berjalan semestinya.
Pada 1938, ahli kimia Fritz Strassmann dan Otto Hahn menambahkan campuran uranium untuk menghasilkan reaksi fisi nuklida. Proses itu memungkinkan terjadinya reaksi nuklir berantai yang enam tahun sebelumnya belum ditemukan.
Baca Juga:
China Ancam AS, Minta Segera Kurangi Senjata Nuklir
Adapun untuk mengendalikan reaksi fisi berantai sekaligus menjaga kesinambungan reaksi, maka reaktor nuklir pertama bernama Chicago Pile-1 dibangun pada akhir 1942.
Apa itu reaktor nuklir?
Baca Juga:
Pertemuan Epik Prabowo-Putin: Langkah Besar Menuju Era Baru Nuklir
Reaktor nuklir diumpamakan sebagai jantung dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) atau proses penciptaan senjata nuklir. Mengutip World Nuclear Association, reaktor berguna untuk tempat utama mengendalikan fisi nuklir, proses atom membelah dan melepaskan energi.
Saat proses fisi nuklir, reaktor didorong pemisahan atom. Partikel neutron yang ditembakkan membuat fisi terbelah menjadi dua atom kecil. Ada pula beberapa neutron tambahan. Beberapa neutron yang dilepaskan, kemudan mengena atom lain menyebabkan reaksi fisi lanjutan. Selama proses itu juga melepaskan lebih banyak neutron. Proses itu sebagai reaksi fisi berantai.
Fisi atom dalam reaksi berantai mampu melepaskan sejumlah energi besar berupa panas. Energi panas dikeluarkan reaktor dari sirkulasi cairan. Energi panas itu digunakan untuk menghasilkan uap yang dimanfaatkan menggerakkan turbin dalam produksi listrik.