WahanaNews.co | Lie detector (detektor kebohongan) merupakan instrumen pendeteksi kebohongan dengan menggunakan mesin polygraph.
Sedangkan polygraph adalah perangkat yang mengumpulkan dan memungkinkan analisis respons fisiologis manusia melalui sensor yang secara fisik terhubung ke individu yang diperiksa oleh sistem ini.
Baca Juga:
Mengenal Lie Detector dan Cara Kerjanya
Alat ini awalnya ditemukan pada awal tahun 1902. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, lie detector sudah memiliki banyak versi yang lebih modern dan lebih canggih.
Detektor kebohongan juga kerap digunakan dalam proses penyelidikan tindakan kriminal, seperti yang digunakan untuk memeriksa para tersangka kasus pembunuhan Brigadir J saat ini.
Baca Juga:
Kapolri Tegaskan Hasil Lie Detector Sambo dan Putri akan Dibuka di Sidang
Fungsi lie detector
Sesuai namanya, lie detector berfungsi untuk mendeteksi kebohongan melalui alat-alat vital Anda, seperti detak jantung, pernapasan, dan kulit.
Reaksi psikologis yang muncul ketika Anda mengucapkan sesuatu, apapun itu, tanpa disadari akan memengaruhi kerja organ tubuh.
Melalui sensor-sensor yang menempel di tubuh Anda, penyelidik bisa menemukan apakah ada perubahan abnormal pada ketiga fungsi tubuh di atas.
Hasilnya kemudian langsung tertera pada sebuah kertas grafis. Pemeriksaan melalui alat pendeteksi kebohongan umumnya berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam.
Bagaimana cara kerja lie detector?
Ketika Anda melakukan tes dengan lie detector, terdapat sekitar 4 sampai 6 sensor yang akan dihubungkan ke tubuh.
Ada pula alat sensor digital lain yang dihubungkan ke seluruh tubuh untuk mengetahui ada tidaknya perubahan psikologis ketika seseorang berbohong atau justru berkata jujur.
Berikut adalah cara kerja lie detector untuk mendeteksi kebohongan, yakni sebagai berikut.
1. Sensor pendeteksi kebohongan
Anda diharuskan duduk di bangku khusus dalam ruangan tertentu. Lalu, sensor-sensor mesin poligraf akan ditempelkan ke tubuh Anda.
Ada 3 sensor kabel yang biasa dipakai dalam mendeteksi kebohongan, di antaranya sebagai berikut.
Sensor pneumograph, gunanya untuk mendeteksi detak napas yang ditempel di dada dan perut. Alat ini bekerja ketika ada kontraksi di otot dan udara di dalam tubuh.
Sensor Blood Pressure Cuff, fungsinya untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan darah dan detak jantung. Sensor kabel ini ditempelkan pada bagian lengan Anda.
Cara kerjanya dideteksi lewat suara denyut jantung atau aliran darah.
Sensor skin resistance, untuk melihat dan mendeteksi keringat yang ada di tangan. Kabel sensor ini umumnya juga ditempelkan pada jari-jari tangan, sehingga tahu seberapa banyak keringat yang keluar ketika Anda keadaan terpojok dan berbohong.
2. Pertanyaan kontrol
Selanjutnya, penguji akan memberikan beberapa pertanyaan kepada Anda mengenai suatu topik, isu atau kasus yang ingin diketahui kebenarannya.
Lalu, penguji akan membaca grafik pada lie detector untuk mengetahui apakah ada reaksi yang tidak normal atau grafik yang naik turun.
Setelah hasil grafik dibaca oleh penguji, hasil grafik tersebut akan digunakan sebagai penentu, apakah Anda berbohong atau jujur.
Apakah hasil uji lie detector itu efektif?
Dalam jurnal berjudul Akurasi Penggunaan Polygraph sebagai Alat Bantu Pembuktian Menurut Hukum Acara Peradilan Agama, mengungkapkan bahwa keakurasian hasil lie detector umumnya akurat hingga 90 persen.
Artinya, hal tersebut mengindikasikan bahwa detektor kebohongan ini sangat efektif digunakan dalam upaya pembuktian dan penyelesaian perkara.
Akan tetapi, pada dasarnya tingkat akurasi tersebut tidak bergantung pada alat semata dan belum tentu berlaku untuk semua kasus.
Pasalnya, alat ini hanya memonitor dan menunjukkan reaksi perubahan psikologis ketika Anda mengucapkan sesuatu.
Penentunya justru terletak pada orang yang menggunakannya (pemeriksa/examiner). Pengalaman dan ketajaman analisis dari examiner menjadi faktor utama keberhasilan penggunaan polygraph.
Sementara itu, gelagat fisik dan tanda-tanda “aneh” yang seringnya menandakan orang sedang berbohong, seperti gagap, berkeringat, atau gerak bola mata yang tidak fokus tidak selalu menjadi ciri orang bohong.
Karakteristik ini mungkin saja menandakan Anda sedang gugup, stres, atau merasa tidak nyaman dalam suatu kondisi tertentu. Dalam hal ini, menjadi “obyek” penelitian.
Pada umumnya, tiap orang punya gaya bicara yang beragam, belum lagi memperhitungkan kelihaian orang-orang untuk menutupi kebohongan.
Mendeteksi kebohongan bukanlah tugas yang mudah, bahkan cenderung tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang.
Detektor kebohongan pun masih menuai kontroversi di kalangan psikolog, sebab tidak ada standar kebohongan yang bisa diukur melalui alat fisik maupun nonfisik. [qnt]