WahanaNews.co, Jakarta - Pavel Durov, pendiri dan CEO perusahaan aplikasi percakapan Telegram, ditangkap pada Sabtu (24/8) sekitar jam 20.00 malam ketika dia turun dari jet pribadinya di landasan bandara Le Bourget, Prancis.
Penangkapan dilakukan oleh polisi militer perhubungan udara (GTA). Pria berdarah Pancis-Rusai berusia 39 tahun itu saat penangkapan didampingi para pengawalnya dan seorang perempuan. Terdaftar di FPR (daftar buronan), Pavel Durov saat itu baru tiba dari Azerbaijan.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
Kasusnya juga sudah mendapat surat perintah penggeledahan dari OFMIN, yang merupakan lembaga yang menangani pencegahan kekerasan terhadap anak di bawah umur, termasuk penipuan, narkoba, di kepolisian Prancis.
"Dia (Durov) melakukan blunder malam ini. Kami tidak tahu kenapa... Apakah 'perampokan' ini hanya sementara? Bagaimana pun, dia sudah dibui," menurut sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan kepada TF1.
Karena menyadari status dirinya sebagai 'persona non grata' di Prancis, Pavel Durov memiliki kebiasaan bepergian ke UEA, ke negara-negara bekas Uni Soviet, ke Amerika Selatan.
Baca Juga:
Punya 100 Anak Biologis, Berikut Fakta Unik CEO Telegram Pavel Durov
Dia sangat jarang bepergian di Eropa dan menghindari negara-negara di mana Telegram berada di bawah pengawasan.
Kenapa dia dibekuk?
Melansir TF1, aparat penegak hukum menganggap penindakan ini terkait dengan kurangnya moderasi (alias filter konten), kerja sama dengan penegak hukum, dan alat yang ditawarkan oleh Telegram (nomor sekali pakai, mata uang kripto, dll.).
Hal tersebut menjadikan Durov diduga terlibat dalam perdagangan narkoba, pelanggaran kejahatan anak, dan penipuan.
Penyelidik dari ONAF (Kantor Anti-Penipuan Nasional yang berada di bawah departemen bea cukai) menempatkannya di tahanan polisi.
Dia harusnya diajukan ke hakim investigasi pada Sabtu malam itu sebelum kemungkinan dakwaan pada Minggu ini atas berbagai pelanggaran: terorisme, narkotika, keterlibatan, penipuan, pencucian uang, menerima barang curian, konten kriminal anak, dan lainnya.
"Pavel Durov akan berakhir di penahanan pra-persidangan, itu sudah pasti," menurut penyelidik.
"Di platformnya, dia membiarkan pelanggaran dan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dilakukan tanpa melakukan tindakan apa pun untuk memoderasi atau bekerja sama," menurut sumber yang dekat dengan masalah tersebut.
Hingga saat ini, menemukan konten terkait kejahatan biasa hingga terorganisasi di Telegram merupakan hal mudah.
"Selama bertahun-tahun, [Telegram] ini telah menjadi platform kejahatan terorganisir nomor 1," ungkap seorang penyelidik.
[Redaktur: Alpredo Gultom]