Darah kepiting tapal kuda mengandung amebosit atau LAL, yang berperan dalam melindungi terhadap kuman penyebab penyakit.
Keberadaan zat ini sangat penting, karena tanpa adanya LAL, ilmuwan akan menghadapi kesulitan dalam menentukan apakah obat-obatan atau vaksin mengandung bakteri, seperti E-coli atau Salmonela.
Baca Juga:
Tak Selalu Lebih Pintar, Ini Penjelasan soal Otak Pria yang Lebih Besar dari Wanita
Slamet menjelaskan bahwa ekstrak dalam sel darah kepiting tapal kuda akan mengalami reaksi kimia terhadap bahan berbahaya, sehingga ilmuwan menggunakan darah ini sebagai alat uji untuk menentukan keamanan obat-obatan atau vaksin baru.
Penggunaan darah kepiting tapal kuda dalam bidang medis sudah berlangsung sejak beberapa dekade yang lalu, khususnya sekitar tahun 1970-an.
Setiap tahun, ratusan ribu kepiting tapal kuda ditangkap dan dibawa ke laboratorium di Amerika Serikat untuk mengambil sebagian darahnya.
Mereka kemudian dilepaskan untuk kembali ke alam liar.
Baca Juga:
Fenomena Langka, 6 Planet Bakal Berbaris di Angkasa Awal Juni 2024
Karena manfaatnya itu, darah biru kepiting tapal kuda pun dihargai dengan nilai fantastis. Satu liter harga darah kepiting tapal kuda bisa mencapai Rp 213 juta per liter, dilansir dari The Science Times.
Termasuk hewan dilindungi
Setelah dibawa ke laboratorium untuk keperluan biomedis, cangkang kepiting tapal kuda akan ditusuk di sekitar organ hatinya.