WahanaNews.co | Situs pemerintah Rusia dilaporkan diretas hingga tak bisa diakses, di tengah invasi Negara Beruang Merah ke Ukraina. Bahkan, Anonymous juga menyatakan "perang dengan Rusia".
Bukan hanya situs pemerintahan yang diretas, Independent melaporkan pada Minggu (27/2) waktu Amerika Serikat, saluran televisi Rusia juga diretas sehingga memutar lagu-lagu Ukraina.
Baca Juga:
Terkena Serangan Ransomware, Data PDNS Tak Bisa Dipulihkan
Badan telekomunikasi Ukraina mengumumkan bahwa enam situs pemerintah Rusia tidak aktif, termasuk milik Kremlin.
Sementara itu, kelompok peretas yang tergabung dalam Anonymous mengatakan di media sosial bahwa mereka "perang dengan Rusia". Mereka juga menyatakan "saat ini terlibat dalam operasi melawan Federasi Rusia".
"Kami ingin orang-orang Rusia memahami bahwa kami tahu sulit bagi mereka untuk berbicara menentang diktator mereka karena takut akan pembalasan," ucap kelompok peretas itu.
Baca Juga:
Pusat Data Nasional Diserang Siber, BSSN Sebut Pelaku Minta Rp131 Miliar
Kelompok tersebut mengatakan hanya ingin perdamaian di dunia. Dengan kata lain, mereka ingin Rusia dan Ukraina berdamai.
"Kami, sebagai kolektif hanya menginginkan perdamaian di dunia. Kami menginginkan masa depan bagi seluruh umat manusia," kata kelompok hacker tersebut.
Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa angkatan bersenjata Ukraina telah menggagalkan rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merebut Kiev.
Perang sempat membara di Kiev hingga salah satu gedung apartemen terkena rudal. Namun, angkatan bersenjata Ukraina berhasil memukul mundur pasukan Rusia.
Bukan hanya itu, Menteri Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov sebelumnya mengumumkan negara tersebut membentuk "tentara TI" untuk "terus berjuang di front siber" dalam rangka melawan serangan Rusia.
"Kami menciptakan pasukan TI. Kami membutuhkan talenta digital," kicau Fedorov dalam media sosialnya, Minggu (27/2).
"Akan ada tugas untuk semua orang. Kami terus berjuang di front siber. Tugas pertama ada di kanal [tersebut] untuk spesialis siber," lanjutnya.
Diberitakan CNN, Minggu (27/2) waktu Indonesia, kicauan itu terhubung pada aplikasi pesan Telegram yang mendorong hacker untuk melakukan serangan siber terhadap perusahaan energi dan keuangan utama Rusia. [bay]