"Kami tahu itu pasti berada di suatu tempat di utara Australia, jadi kami berharap menemukannya di Asia Tenggara," ujar Advokaat kepada Live Science.
Menurut Advokaat, para peneliti mendapat pencerahan bahwa Argoland merupakan rangkaian pecahan benua, bukan bongkahan padat ketika memahami bahwa wilayah Asia Tenggara terpecah menjadi dua bagian.
Baca Juga:
Dilepas Pejabat Singapura, Presiden Prabowo Bertolak ke Indonesia Usai Parade Meriah di Singapura
"Situasi di Asia Tenggara sangat berbeda dengan tempat-tempat seperti Afrika dan Amerika Selatan, di mana sebuah benua terpecah menjadi dua bagian," kata Advokaat.
Berdasarkan hipotesis ini, mereka menemukan bahwa Argoland tidak benar-benar menghilang. Peneliti meyakini bahwa Argoland bukan massa padat, melainkan benua mikro yang dipisahkan oleh dasar laut.
Layaknya sebuah puzzle, kelompok pecahan-pecahan benua ini merupakan sekumpulan daratan yang sangat luas dan terfragmentasi di bawah pulau-pulau di sebelah timur Indonesia.
Baca Juga:
Gejala COVID-19 Stratus dan Penyebarannya yang Kian Meluas di Indonesia
"Pecahan-pecahan tersebut membentuk kolase. (Benua) Argoland tersembunyi di bawah hutan hijau di sebagian besar wilayah Indonesia dan Myanmar," tulis peneliti dalam pernyataannya, dilansir EurekAlert.
Oleh karena itu, Advokaat bersama rekan-rekan peneliti lainnya menciptakan istilah baru untuk mendefinisikan Argoland yaitu "Argopelago".
"Pecahnya Argoland dimulai sekitar 300 juta tahun yang lalu," tambah Douwe van Hinsbergen, rekan peneliti dan seorang ahli geologi dari Universitas Utrecht.