Setengah dari data tersebut berasal dari individu yang telah tutup usia di periode 2016-2020, dan para peneliti meminta sistem AI untuk memprediksi siapa yang hidup dan siapa yang meninggal.
Dalam temuannya, para peneliti menyebut prediksi AI itu ternyata 11 persen lebih akurat dibandingkan model AI lain yang ada atau metode yang biasanya digunakan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menentukan harga polis.
Baca Juga:
Prediksi Susunan Pemain Metro Muda vs Tunas Mekar Jelang Laga 16 Besar Sore Ini
“Yang menarik adalah melihat kehidupan manusia sebagai rangkaian peristiwa yang panjang, mirip dengan kalimat dalam suatu bahasa yang terdiri dari serangkaian kata,” kata pemimpin peneliti dari DTU Sune Lehman.
Dengan menggunakan model tersebut, maka jawaban atas pertanyaan umum seperti kemungkinan seseorang meninggal dapat ditemukan.
Para peneliti menemukan bahwa respons AI tersebut konsisten dengan temuan yang ada ketika semua faktor lain dipertimbangkan.
Baca Juga:
Diprediksi, 4 Wajah Baru Mengisi Kursi DPRD dari Dapil 2 Tapteng
Misalnya seperti individu yang berada dalam posisi kepemimpinan atau berpenghasilan tinggi lebih mungkin untuk bertahan hidup.
Contoh lainnya individu yang memiliki diagnosis mental erat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.
“Secara ilmiah, yang menarik bagi kami bukanlah prediksi itu sendiri, namun aspek data yang memungkinkan model memberikan jawaban yang tepat,” katanya.