Sebenarnya, dosen Universitas Bonn, Jerman, ini sendiri tidak percaya dengan eksistensi hantu, "Namun sebagai antropolog saya harus mengakui bahwa legenda itu ada dan penting bagi masyarakat yang saya teliti."
"Saya juga sangat tertarik dengan bagaimana gagasan tentang animisme berubah, bagaimana masuknya Islam, namun animisme tidak hilang. Hanya saja kuntilanak dipikirkan dengan cara pandang yang baru," paparnya.
Baca Juga:
Pemko Medan Gelar Seminar Pemanfaatan Sumur Laluan untuk Atasi Genangan Air Hujan
Perubahan sosial terkait hal itu yang menurut Timo Duile merupakan hal yang sangat menarik baginya.
"Misalnya konsep bahwa ada ‘penunggu‘, bahwa ada roh atau makhluk halus yang tinggal misalnya di pohon, di batu besar, di sumber air, sering sekali ada kisah semacam itu di Kalimantan dan juga di tempat lain."
"Dalam paham animisme, biasanya orang di suatu tempat ‘bisa punya hubungan dengan roh itu', secara ritual, atau bisa berkomunikasi melalui mimpi," demikian dijelaskan Timo.
Baca Juga:
Wuling Motor Akui Fast Charging Bisa Pengaruhi ‘Kesehatan’ Baterai Kendaraan Listrik
Menurut Timo, arwah tersebut adalah manusia yang tidak bisa dilihat. Tapi selama orang-orang memiliki hubungan baik dengan roh selama ritual dan memiliki hubungan baik dengan dunia halus, roh-roh itu dapat dianggap sebagai orang yang membantu melawan penyakit tanaman, misalnya, kata Timo.
Timo memaparkan, dalam mitos kuntilanak, makhluk halus itu diusir olehmanusia, sehingga terjadilan perubahan sosial.
"Hubungannya kemudian jadi berubah. Sebenarnya manusia juga mendapatkan kebebasan, selama kuntilanak jauh, manusia tidak takut lagi bahwa penunggu atau hantu itu mengganggu."