Peneliti menghitung konektivitas fungsional otak setiap orang dan memasukkan data tersebut ke dalam dua model pembelajaran mendalam yang dilatih untuk memprediksi usia otak, satu untuk data fMRI dan satu untuk data EEG.
Mereka kemudian dapat menghitung 'kesenjangan usia otak' setiap orang - perbedaan antara usia kronologis dan usia otak mereka yang diperkirakan dari konektivitas fungsional.
Baca Juga:
Dampak Negatif Overthinking Bagi Kesehatan Otak
Kesenjangan umur otak sepuluh tahun, misalnya, berarti konektivitas otak tersebut kira-kira sama dengan seseorang yang sepuluh tahun lebih tua.
Model-model jam otak ini menunjukkan bahwa orang dengan Alzheimer atau gangguan demensia lain memiliki kesenjangan usia otak lebih besar daripada mereka yang sehat.
Responden dari Amerika Latin memiliki kesenjangan usia otak lebih tinggi dibanding responden lain. Amerika Latin (dikenal juga sebagai Karibia) adalah salah satu wilayah dengan ketimpangan tertinggi di dunia. Faktor ketimpangan ini menurut Ibáñez berkontribusi pada otak yang menua lebih cepat.
Baca Juga:
Tak Selalu Lebih Pintar, Ini Penjelasan soal Otak Pria yang Lebih Besar dari Wanita
Di sisi lain paparan polusi udara dan layanan kesehatan yang buruk juga dikaitkan dengan kesenjangan usia otak, terutama di negara Amerika Latin.
Sementara kesenjangan gender, yang menempatkan posisi perempuan lebih rentan dibanding laki-laki, juga diduga punya kontribusi dalam menciptakan usia otak yang lebih tua dari yang sesungguhnya.
Berikutnya tim Ibáñez sedang menyelidiki apakah kesenjangan usia otak terkait dengan kondisi pendapatan nasional suatu kelompok responden. Misalnya dengan membandingkan kesenjangan usia otak warga Asia dan Amerika Serikat, dan menambahkan data dari jam 'epigenetik' yang mengukur usia biologis dengan memeriksa modifikasi kimia pada DNA.