Menurut Berry umur panjang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik, tapi juga lingkungan. Ia mencontohkan bagaimana epigenetik, yakni ekspresi gen yang dipengaruhi oleh lingkungan seperti makanan dan stres, turut membentuk daya tahan tubuh terhadap berbagai tekanan ekstra.
Salah satunya melalui konsumsi polifenol dari tumbuhan yang mengalami stres alamiah.
Baca Juga:
Pakar BRIN Prediksi Hari Raya Idulfitri Serempak Jatuh Pada Tanggal 31 Maret 2025
Menurutnya masyarakat di blue zona selama ini menjaga tiga pilar utama agar bisa lebih panjang umur, yakni aktif fisik teratur, membatasi asupan kalor, dan hidup dalam lingkungan sosial yang suportif.
"Stres yang sementara seperti puasa atau aktivitas fisik justru bisa memicu umur panjang, selama tidak berlangsung terus menerus," tuturnya.
Ia menegaskan klaim orang bertubuh pendek berumur panjang tidak dapat digeneralisasi, karena hal ini dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor biologis, gaya hidup, dan dukungan sosial.
Baca Juga:
Pakar Gizi Sarankan Tak Konsumsi Ubi Untuk Berbuka Puasa, Berikut Alasannya
Penelitian di Jepang
Sebuah penelitian yang terbit pada 9 Mei 2014 juga mengungkap bahwa tubuh pendek dan umur panjang memiliki kaitan erat di Jepang.
Hasil penelitian mengungkap bahwa pria yang lebih pendek kemungkinan memiliki bentuk pelindung dari gen umur panjang, FOXO3, yang mengarah ke ukuran tubuh yang lebih kecil. Orang pendek juga lebih mungkin memiliki kadar insulin darah yang lebih rendah dan lebih sedikit terkena kanker.