Fenomena ini disebabkan oleh inersia termal dari pendinginan air laut dan pantulan sinar Matahari kembali ke angkasa oleh es laut yang meluas.
Efek dari 'musim dingin nuklir' ini disebut mirip dengan yang terjadi pada Bumi setelah letusan gunung berapi Tambora di Indonesia pada 1815.
Baca Juga:
Soal Invasi Rusia, Dmitry Medvedev: Ada Kemungkinan Perang Nuklir
Saat itu erupsi gunung berapi Tambora memicu 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada 1816 di Belahan Bumi Utara.
Selama tahun tersebut, embun beku bahkan muncul saat musim panas di New England dan mengganggu pertanian wilayah tersebut.
Selain itu, cuaca yang sangat dingin dan basah di Eropa juga memicu kegagalan panen yang meluas, mengakibatkan kelaparan dan keruntuhan ekonomi.
Baca Juga:
Pakar Inggris: Jika Tembakkan Nuklir, Rusia Akan Tamat
Dilansir dari Weather, efek 'musim dingin' dari letusan gunung berapi hanya berlangsung selama satu tahun.
Namun dampak musim dingin dari perang nuklir bisa berlangsung selama lima hingga sepuluh tahun.
Dampak tersebut dapat berakibat satu dekade tanpa musim panas dan lebih dari satu dekade hasil panen yang terganggu.