Selain bagi-bagi laptop dan komputer
ke sekolah, digitalisasi juga dilakukan dengan penguatan platform digital dengan nilai anggaran sebesar Rp 109,85
miliar.
Lalu, Rp 74,02 miliar untuk bahan belajar dan
media pendidikan digital.
Baca Juga:
Mantan Kepala BIN Indonesia Tegaskan Pramuka Tetap jadi Ekstrakurikuler Wajib
Praktisi pendidikan, Indra Chrismidiaji, mempertanyakan program tersebut.
Alih-alih bicara digitalisasi, ia
mempertanyakan keseriusan pemerintah dan Kemendikbud, kini Kemendikbud-Ristek, yang justru ngotot ingin cepatcepat menggelar pembelajaran
tatap muka di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Indra, keinginan itu justru
bertolak belakang dengan program digitalisasi yang dicetuskan Kemendikbud.
Baca Juga:
Soal Kelebihan Tunjangan Guru Rp23 T Era Anies Mendikbud, Kemenkeu Angkat Suara
"Buktinya udah tiga kali
ngeluarin SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 menteri isinya supaya (belajar) tatap
muka kan. Dan di setiap penjabaran dikatakan pembelajaran tanpa tatap muka itu
menghasilkan learning loss. Itu,
berdampak buruk," kata Indra kepada wartawan, Senin
(3/5/2021).
"Berarti sama aja dia mengatakan
digitalisasi itu enggak bagus. Kan sama aja gitu kan?" ujarnya, menambahkan.
Selain itu, kata Indra, program
bagi-bagi laptop tak bisa sepenuhnya disebut digitalisasi.