"Kan belum ada tentang learning manajemen sistem mana? Kemudian
bagaimana informasi itu terstruktur itu bagaimana? Ya kan? Kemudian bagaimana
infokultur," ujarnya, menambahkan.
Sementara itu, Koordinator Nasional
Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, mengatakan, program guru penggerak Nadiem kini
menemui banyak kendala teknis akibat infrastruktur di lapangan yang tak
menunjang.
Baca Juga:
Mantan Kepala BIN Indonesia Tegaskan Pramuka Tetap jadi Ekstrakurikuler Wajib
Program guru penggerak kali pertama
disampaikan Nadiem awal Juli 2020 lalu.
Lewat program itu, Nadiem ingin
menciptakan para sosok pemimpin di sekolah.
Ia menjanjikan karier guru yang
mengikuti program tersebut bakal dipermudah dan diprioritaskan menjadi jajaran
petinggi di sekolah.
Baca Juga:
Soal Kelebihan Tunjangan Guru Rp23 T Era Anies Mendikbud, Kemenkeu Angkat Suara
Menurut Satriwan, sejak dibuka pada
Juli, program tersebut kini menemui sejumlah kendala teknis.
Menurut dia, program tersebut belum
bisa mengakomodir guru-guru di pelosok yang mengalami keterbatasan dalam segi
internet atau infrastruktur lain.
"Bahkan masih ada kawan guru kita
di Papua, pedalaman yang belum memiliki laptop gitu ya. Ini kan, artinya
pelatihan guru penggerak sangat bias kota gitu ya," kata Satriwan, Senin
(3/5/2021).