WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam beberapa tahun terakhir telah membawa perubahan besar di berbagai sektor industri dan dunia kerja.
Kecanggihan AI dalam menjalankan berbagai tugas secara otomatis kini menjadi tantangan tersendiri bagi banyak profesi yang sebelumnya tidak tergantikan.
Baca Juga:
Lewat Teknologi AI, Indonesia Berhasil Capai Swasembada dan Siap Percepat Pengentasan Kemiskinan
Tak sedikit lapangan pekerjaan yang mulai tergeser karena meningkatnya efisiensi dan kecepatan yang ditawarkan oleh sistem berbasis AI.
Otomatisasi yang didorong oleh AI tak hanya berdampak pada pekerjaan manual atau operasional, tapi juga mulai merambah ke profesi berbasis pengetahuan (knowledge-based jobs).
Profesi yang memerlukan kemampuan analisis, pemrosesan informasi, hingga pengambilan keputusan logis kini menghadapi risiko semakin besar untuk digantikan oleh algoritma pintar.
Baca Juga:
Sandbox Kesehatan 2025 Resmi Dibuka, Kemenkes Ajak Pelaku Teknologi Kesehatan Berinovasi
Ironisnya, pekerjaan yang selama ini dianggap lebih "cerdas" dan prestisius justru dianggap lebih rentan terdampak otomatisasi, terutama jika peran tersebut bergantung pada data, logika, dan pola hal-hal yang kini bisa diproses AI dalam hitungan detik.
Pekerjaan yang mengandalkan selera, intuisi manusia, dan penilaian kontekstual pun tak luput dari tantangan serupa.
Meski begitu, tak semua pekerjaan berada dalam bahaya tergantikan oleh teknologi ini.