WahanaNews.co, Jakarta - Calon presiden dengan nomor urut 1, Anies Baswedan, dan calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, dianggap terlalu kerap mengkritik Prabowo Subianto selama debat ketiga Pemilihan Presiden 2024 yang berlangsung pada Minggu (7/1/2024) malam.
"Debat ketiga ini semakin mempertegas pola relasi antarcapres. Prabowo yang telah memiliki elektabilitas yang relatif lebih terkonsolidasi, tampil bertahan Sedangkan Anies dan Ganjar terlihat kompak bersama-sama menyerang Prabowo untuk mengejar ketertinggalan basis dukungan elektabilitas mereka," kata Direktur Eksekutif Institute for Democray and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Choirul Umam, melansir Antara, Senin (8/1/2023).
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Ahmad mengkritik bahwa selama debat, Anies secara langsung melancarkan serangan lebih awal, terutama terhadap Prabowo yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Ahmad menyatakan bahwa Anies tampaknya menerapkan strategi preemptive attack, mirip dengan konsep Tsun Tzu yang menekankan bahwa serangan terbaik adalah pertahanan.
Menurut Ahmad, Anies masih terpengaruh oleh suasana debat pertama calon presiden, di mana pada saat itu serangan yang dilancarkan oleh Anies mendapatkan dukungan politik yang lebih tinggi.
Ahmad juga mencatat bahwa Anies menyentuh isu tentang orang dalam yang dapat membuka kemungkinan terjadinya korupsi dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Indonesia.
Baca Juga:
Disaksikan Presiden Prabowo, PLN Perkuat Kolaborasi Global Bersama China untuk Swasembada Energi di Indonesia
Namun demikian, Ahmad menganggap bahwa beberapa pukulan, seperti kritikan Anies terhadap kegagalan program lumbung pangan atau food estate yang dianggap dapat memberikan keuntungan politik, dinilainya sebagai tindakan yang terlalu berlebihan.
"Dalam debat, serangan kepada lawan tentu sangat penting untuk menciptakan poin politik guna mendelegitimasi kredibilitas lawan. Namun, di saat yang sama, jika serangan itu disampaikan berlebihan, hal itu bisa berpeluang memunculkan rasa simpati publik terhadap pihak yang mendapatkan hantaman bertubi-tubi," kata Ahmad.
Adapun untuk Ganjar Pranowo, Ahmad meilai mantan Gubernur Jawa Tengah itu tampail lebih tertib, dengan pola konfrontasi terukur dan diperkuat dengan substansi cukup impresif.
Dia menganggap Ganjar bisa mengelaborasi argumen tentang visi pertahanan, keamanan, dan diplomasi ekonomi dengan cukup impresif.
Menurut Ahmad, Ganjar pun mampu mengelaborasi basis argumen secara jelas kepada lawan-lawannya ketika tampil menjelaskan tentang kematangan perencanaan dan komitmen anti-korupsi dalam eksekusi kebijakan pertahanan, penguatan infrastruktur siber nasional, dan komitmennya pada upaya revitalisasi kinerja ASEAN yang cenderung prosedural.
"Karena itu, kuncinya terletak pada proporsionalitas serangan pada momentum serangan yang tepat," ucap dosen Ilmu Politik dan Internasional Universitas Paramadina itu.
Mengenai Prabowo, Ahmad menilai capres nomor urut 2 itu sempat terpancing emosinya oleh Anies. Salah satunya saat menyampaikan ketidakpantasan Anies berbicara soal etika kepemimpinan dan sejumlah kritik pertahanan.
Meski demikian, Prabowo, terlihat masih mampu mengendalikan emosinya. Hanya saja, Prabowo akhirnya kurang mengelaborasi substansi dan filosofi kebijakan pertahanan-keamanan dan strategi hubungan internasional secara memadai, karena harus menahan emosi dan serangan-serangan yang tajam.
"Namun Prabowo kembali mammpu menambilkan strategi bertahannya secara impresif saat dirinya menjelaskan tentang alasan turunnya indeks kinerja militer dan pertahanan serta kebijakan pertahanan sebagai produk legislasi atas persetujuan partai-partai pendukung rival-rival politiknya," kata Ahmad.
Secara keseluruhan, Ahmad Choirul Umam menyimpulkan bahwa Ganjar Pranowo cenderung tampil dengan kecerdasan, Anies Baswedan bersikap ofensif dan substansial, sementara Prabowo Subianto lebih bersifat defensif dan kurang memberikan penjelasan mendalam.
Debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan membahas tema seputar pertahanan, keamanan, politik luar negeri, geopolitik, dan geospasial.
Anies, sejak awal, mengadopsi pendekatan menyerang terhadap Prabowo dengan menyebut perbandingan antara kesejahteraan prajurit dan kepemilikan lahan oleh Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Data yang disampaikan oleh Anies ditolak oleh Prabowo.
Ganjar, pada saat-saat terakhir debat, melancarkan serangan terkait penurunan indeks kinerja militer.
Bahkan, ia mengajak tim Prabowo untuk naik ke podium dan memberikan bantahan jika data yang diungkapkannya terbukti salah.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]