Inas mempertanyakan identitas partai-partai baru tersebut.
Ia yakin partai-partai itu tidak memiliki gagasan baru yang bisa dibawa pada rakyat.
Baca Juga:
Parpol dan Ormas Harus Jaga Moral dan Demokrasi Selama Pilkada 2024
"Coba tanyakan kepada pengurus partai-partai yang baru muncul, apa sih platform partainya? Pasti jawabannya hanya sekitar nasionalis, religius atau nasionalis religius, tidak ada yang lain. Artinya bahwa pendiri partai-partai baru tidak punya gagasan-gagasan baru melainkan copy paste dari partai lamanya,” lanjut Inas.
Selain itu, Inas mengkhawatirkan banyaknya partai yang lolos ke Senayan malah memicu lahirnya sistem multipartai yang terlalu gemuk.
Jika terlalu gemuk, kata Inas, pengambilan keputusan di Senayan akan tersendat.
Baca Juga:
Dari 49 Tokoh, Empat Ketum Parpol Penuhi Panggilan Calon Menteri Prabowo
Meskipun, sudah ada mekanisme parliamentary threshold yang merupakan “saringan” bagi partai yang akan lolos ke Senayan.
“Sistem presidensial dengan multipartai yang terlalu gemuk dapat menyebabkan kekuatan eksekutif dalam sistem presidensial menjadi lemah karena kebijakan pemerintah berpotensi besar tersendat-sendat di parlemen. Yang disebabkan oleh banyaknya fraksi yang terlibat dalam pengambilan keputusan di parlemen, yang dikhawatirkan menjadi kebijakan dagang sapi,” jelas dia.
Ia berpesan agar politikus yang mendirikan partai baru tidak larut dengan kepentingan pribadinya.