WahanaNews.co | Jovan Latuconsina menceritakan kiprah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) semasa di SMA Taruna Nusantara dan Akademi Militer (Akmil). Jovan menyitir pepatah banyak jalan menuju Roma. Namun, kata Jovan, pilihan hidup seseorang menentukan jalan hidupnya di kemudian hari.
“AHY sebagai siswa unggul pada masa-masa sekolah di SMA Taruna Nusantara dan Akademi Militer, punya banyak pilihan profesi. Andai tergoda, ia tidak akan menjadi ketua umum Partai Demokrat seperti sekarang ini,” kata Jovan dalam keterangannya, Sabtu (9/4/2022).
Baca Juga:
Kementerian PU Komitmen Lanjutkan Pembangunan Infrastruktur Demi Kesejahteraan Rakyat
Jovan merupakan rekan seangkatan AHY saat di SMA Taruna Nusantara maupun Akmil. Saat Jovan dan AHY duduk di kelas III SMA Taruna Nusantara, ada tawaran dari perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia kepada para siswa siswi SMA Taruna Nusantara.
Garuda Indonesia saat itu akan merekrut siswa siswi terbaik untuk menjadi pilot pesawat komersial. Para siswa siswi SMA Taruna Nusantara yang lolos seleksi akan disekolahkan di Selandia Baru. Seluruh akomodasi, termasuk biaya pendidikan akan ditanggung dan dijamin langsung diangkat menjadi pilot Garuda Indonesia.
“Sebagai calon lulusan terbaik, AHY lolos seleksi. Namun, saat pendalaman wawancara psikologi, AHY menolak tawaran untuk jadi pilot komersial Garuda Indonesia. AHY menegaskan niatnya untuk masuk Akademi Militer,” kata Jovan.
Baca Juga:
Terapkan Environmental Remediation, Upaya Kementerian PU Atasi Penurunan Tanah di DKI Jakarta
Jovan menambahkan AHY pada 1997 menjadi lulusan terbaik dan mendapat Garuda Trisakti Taruna tama dari SMA Taruna Nusantara. AHY pun mendaftar ke Akmil. Ketika itu, Jovan mengatakan proses seleksi ke Akmil tidak seperti sekarang.
“Seleksi masih digabungkan di bawah naungan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau yang populer disebut sebagai Akabri. Sebelum masuk Akademi Angkatan atau Matra tertentu, calon siswa mengikuti seleksi umum,” ucapnya.
Jovan mengatakan hasil seleksi umum menetapkan AHY sebagai calon taruna nomor urut satu di Akademi Angkatan Udara (AAU) dengan hasil psikologi yang sangat memuaskan. Dengan tinggi 182 cm, AHY diyakini bisa lolos menjadi pilot pesawat tempur di TNI AU.
Akan tetapi, Jovan menuturkan saat proses seleksi wawancara, AHY kembali menolak untuk menjadi pilot dan lebih memilih masuk Akmil. Hasil seleksi AHY di Akmil, kata Jovan, menunjukkan nilai psikologinya berada pada urutan keempat dari 300 lebih calon taruna.
Dengan kerja keras di Akmil, menurut Jovan, AHY bukan hanya berprestasi di bidang pendidikan, tetapi juga dipilih menjadi komandan Resimen Korps Taruna atau orang nomor satu di organisasi kemahasiswaan.
Jovan mengungkapkan, AHY menjadi lulusan terbaik dengan meraih pedang Trisakti Wiratama pada 2000. Selain itu, AHY diberi penghargaan Adhi Makayasa oleh Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid yang diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka Jakarta.
Jovan mengatakan ketika AHY lulus dari Akmil, satuan Penerbang TNI AD (Penerbad) sedang mencari perwira-perwira terbaik untuk menjadi pilot helikopter. TNI AD sedang membeli helikopter tempur jenis MI-35 dan MI-17 dari Rusia dalam jumlah besar, sehingga membutuhkan banyak pilot baru.
“Sebagai salah satu perwira lulusan terbaik, AHY ditugaskan untuk mengikuti seleksi sebagai pilot helikopter tempur. Lagi-lagi, AHY lulus serangkaian seleksi, tetapi pada saat pendalaman wawancara, AHY menyatakan lebih memilih menjadi prajurit Korps Infanteri di lingkungan Kostrad,” kata Jovan.
“Andai AHY memilih kesempatan menjadi pilot komersial Garuda, atau pilot pesawat tempur TNI AU atau pilot helikopter TNI AD, belum tentu AHY akan menjadi ketua umum Partai Demokrat, dengan tren elektabilitas yang terus meningkat seperti sekarang ini. Memang masa depan adalah milik Tuhan, bukan milik manusia, tetapi pilihan-pilihan hidup yang diambil, menentukan jalan hidupnya di kemudian hari,” demikian Jovan yang menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal Partai Demokrat.[gab]