WAHANANEWS.CO, Jakarta - Amerika Serikat kembali menunjukkan dominasinya dalam teknologi militer dengan memperkenalkan pesawat tempur 'Frankenjet', hasil rekonstruksi dari dua pesawat F-35 yang mengalami kerusakan berat.
Langkah ini dilakukan saat China memperkenalkan pesawat tempur generasi terbaru mereka dengan tiga mesin jet dan desain revolusioner tanpa ekor.
Baca Juga:
Spesifikasi Jet Tempur F-35 Israel Penggempur Wilayah Udara Gaza
Menurut keterangan dari Departemen Program Gabungan (Joint Program Office), Frankenjet telah menjalani berbagai uji coba dan dinyatakan siap untuk menjalankan misi tempur.
CNN melaporkan bahwa pesawat ini merupakan inovasi luar biasa yang lahir dari pemanfaatan kembali suku cadang dari dua pesawat F-35A yang sebelumnya mengalami kecelakaan.
Nama 'Frankenjet' sendiri diadaptasi dari karakter monster yang diciptakan oleh ilmuwan fiksi Victor Frankenstein dalam novel gotik klasik.
Baca Juga:
Kecelakaan Dramatis di Texas, AS Kandangkan Jet Tempur Siluman F-35
Dalam kisahnya, Frankenstein berhasil menciptakan makhluk baru dari bagian tubuh manusia yang telah meninggal.
Dengan konsep serupa, Frankenjet dirakit dengan menggabungkan suku cadang dari dua pesawat tempur yang mengalami kerusakan parah.
Pesawat ini berasal dari dua unit F-35A yang mengalami insiden terpisah. Insiden pertama terjadi di Pangkalan Udara Eglin, Florida, ketika pesawat AF-27 mengalami kegagalan mesin saat lepas landas dalam sebuah latihan militer.
Kecelakaan tersebut menyebabkan kerusakan serius pada bagian belakang pesawat akibat kebakaran hebat.
Penyelidikan mengungkap bahwa lengan rotor yang patah menghantam beberapa bagian penting, termasuk sasis kipas mesin, rongga mesin, tangki bahan bakar dalam, serta saluran hidrolik dan bahan bakar sebelum akhirnya keluar dari badan pesawat bagian atas.
Sementara itu, pada 8 Juni 2020, kecelakaan kedua menimpa F-35A lainnya, yang dikenal sebagai AF-211, ketika sedang mencoba mendarat di Pangkalan Udara Hill, Utah.
Insiden tersebut mengakibatkan kerusakan signifikan pada badan pesawat, meskipun bagian moncong dan ekornya masih dalam kondisi yang memungkinkan untuk digunakan kembali.
Daripada menganggap kedua pesawat itu sebagai kerugian total, tim teknisi pada tahun 2022 memutuskan untuk melakukan pendekatan inovatif.
Moncong AF-27 dipisahkan dan digabungkan dengan moncong AF-211, menciptakan satu unit pesawat baru yang dapat kembali dioperasikan.
Keputusan ini dianggap sebagai langkah berani yang tidak hanya menghemat biaya tetapi juga menambah jumlah pesawat yang tersedia dalam armada tempur AS.
Scott Taylor, kepala insinyur mekanik dari Lockheed Martin, menegaskan bahwa secara teoritis setiap bagian pesawat memang bisa dibongkar dan dirakit kembali, tetapi ini adalah pertama kalinya konsep tersebut benar-benar diterapkan pada jet tempur F-35.
Ia menyebut proyek ini sebagai 'Frankin-bird F-35' yang menjadi tonggak sejarah dalam rekayasa pesawat tempur.
Angkatan Udara AS dalam pernyataan resminya tahun 2023 mengungkapkan bahwa operasi ini memerlukan penggunaan alat dan peralatan khusus yang sepenuhnya baru dan dirancang khusus untuk proyek tersebut.
Di sisi lain, China tengah unjuk gigi dengan pesawat tempur futuristik mereka.
Berbeda dengan pendekatan AS yang mengandalkan rekonstruksi, China mengembangkan pesawat tempur mutakhir dengan desain inovatif.
Jet tempur terbaru yang dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Industry Group ini memiliki tiga mesin jet dan tidak memiliki ekor seperti pesawat tempur konvensional.
Sejumlah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan pesawat jet tanpa ekor ini berada di jalan raya dekat landasan pacu Chengdu Aircraft Industry Group, pabrik pesawat di Provinsi Sichuan yang diyakini sebagai tempat produksinya.
Foto pertama dari jet tempur ini, yang diduga bernama J-36, muncul di media sosial China pada akhir tahun lalu dan segera menjadi perhatian kalangan analis militer serta penggemar aviasi.
Para ahli menduga bahwa J-36 merupakan pesawat tempur generasi keenam yang mengadopsi teknologi siluman canggih, avionik terbaru, serta rekayasa mesin dan aerodinamika tingkat lanjut.
David Cenciotti, seorang analis penerbangan militer yang juga mantan perwira Angkatan Udara Italia, menjelaskan bahwa pesawat ini memiliki konfigurasi mesin trijet, dengan dua intake udara di bawah sayap dan satu di belakang kokpit.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]