Dalam survei tersebut ditemukan kecenderungan tingkat kesadaran atau awareness serta kekhawatiran atas berbagai isu krisis iklim masih didominasi oleh responden pemilih Gen-Z dan milenial dengan latar belakang gender perempuan, pendidikan dan pendapatan tinggi (SLTA dan Kuliah), kalangan profesional, serta tinggal di perkotaan dan mendominasi semua pemilih muda lintas partai di 2019.
Adapun mayoritas responden Gen-Z dan milenial juga memandang krisis iklim sebagai akibat ulah manusia dan perlu segera diatasi (61%). Sedangkan hanya 3% dari responden pemilih muda di Indonesia yang termasuk dalam kelompok "dismissives" menganggap krisis iklim bukan ulah manusia dan tidak perlu dikhawatirkan. Hampir tidak ditemukan responden yang termasuk dalam kelompok penyangkal perubahan iklim (1%).
Baca Juga:
Jelang Pilkada, Dispendukcapil Gencarkan Perekaman E-KTP Pelajar, 2.141 Pemilih Pemula Dominasi DP4 Belum Rekam
Kemudian dalam survei itu juga ditemukan dukungan dari pemilih muda Gen-Z dan milenial lintas parpol agar Pemerintah segera beralih dari pembangkit energi tenaga fosil serta berinvestasi dalam pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan) seperti pembangkit energi tenaga surya dan angin.
Kemudian, temuan rilis itu menunjukan mayoritas pemilih kelompok usia Gen-Z dan milenial (81%) lintas partai politik di Pileg 2019 lalu secara meyakinkan mayoritas menjawab perlindungan dan pelestarian lingkungan harus diutamakan meski harus memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, temuan survei itu menunjukkan persepsi pemilih muda atas tingkat perhatian partai politik di Indonesia dalam mengatasi krisis iklim masih rendah.
Baca Juga:
Pemkot Bandung Gencarkan Rekam KTP-el Pemilih Pemula hingga Hari Pemilu
Mayoritas responden menilai tidak ada partai politik yang dominan dipersepsi oleh pemilih pemula memberikan perhatian yang cukup hingga kini terkait isu krisis iklim atau pelestarian lingkungan.
"Di kelompok usia 27-16 tahun, PSI pun rendah, PAN, PKS, Nasdem, PDIP rendah di kelompok Gen Z. Usia 27-35 tahun overall tidak ada perbedaan, secara umum anak muda kelompok generasi Z 27-35 tahun maupun generasi milenial memandang partai partai kita belum menjadikan isu lingkungan dan perubahan iklim sebagai isu utama," kata Burhanuddin.
Atas temuan itu Burhanuddin menilai hal tersebut merupakan peluang strategis bagi partai politik untuk mulai melibatkan berbagai stakeholders masyarakat sipil dalam penyusunan agenda krisis iklim ke dalam platform partai untuk menarik perhatian dan fokus dari blok strategis pemilih muda dan pemula kalangan Gen-Z dan milenial yang mencapai sekitar 80 juta atau 40% dari populasi pemilih di Pemilu 2024.