Namun, ia meyakini bahwa identitasnya sebagai seorang nasionalis yang menghormati Bung Karno tidak akan hilang walaupun statusnya sebagai anggota PDIP dicabut.
Ia juga menolak untuk berspekulasi tentang kemungkinan keluar dari PDIP setelah mendukung Prabowo. Budiman merasa sulit membayangkan berkecimpung dalam dunia politik di luar PDIP.
Baca Juga:
Mustikaningrat Tampil Memukau, Visi Ekonomi Sumedang Sugih Jadi Sorotan Debat Pilkada
"Jadi seperti saya katakan tadi. Jika argumen dan omongan saya tadi dirasa memang penting, perlu dipertimbangkan kenapa tidak?" ujar Budiman.
"Artinya mungkin langkah saya dianggap ada benefitnya, ada benarnya. Kalau ada sanksi, sekadar sanksi administrasi. Saya harapnya itu," sambungnya.
Di sisi lain, Budiman menilai Prabowo memiliki kriteria menjunjung kepemimpinan strategis seperti Presiden Joko Widodo di periode kedua.
Baca Juga:
Sengaja Dihapus, Foto Rano Karno Bersama Terduga Kasus Judi Online Lenyap dari Instagram
Terlebih, ia menilai tantangan ke depan Indonesia makin berat. Mulai dari krisis imbas pandemi, perang, krisis pangan, hingga perlombaan teknologi.
"Jadi kaya ada badai, makanya pembagian kerja di antara awak kapal Indonesia dan penumpang harus jelas, dan Itu butuh kepemimpinan strategis. Nah, menurut saya, saya melihat unsurnya relatif ada di Pak Prabowo," tutur Budiman.
Sebelum menggelar deklarasi, Budiman sempat mengunjungi kediaman Prabowo Subianto di Jakarta Selatan. Banyak hal yang mereka bicarakan mengenai Indonesia hari ini dan masa depan.