“Sebagian besar dari kami generasi muda Gerindra tidak alergi terhadap keterbukaan. Gerindra selalu percaya pada semangat rekonsiliasi dan kebangsaan yang luas. Tapi ada garis yang tidak boleh dilanggar. Partai ini dibangun dengan idealisme, bukan oportunisme,” ujar Rocky, Sabtu (8/11/2025).
Ia menilai langkah Budi Arie yang sebelumnya dikenal sebagai pimpinan relawan pendukung Joko Widodo harus dicermati dengan hati-hati.
Baca Juga:
Sempat Caleg dari Gerindra, dr. Irene Jadi Wakil Dubes untuk China
Menurut Rocky, aspirasi kader Tidar di 38 provinsi dan 9 negara cenderung menolak rencana masuknya Budi Arie ke dalam tubuh partai.
Sejarah politik nasional, lanjut Rocky, sudah banyak memberi pelajaran tentang partai besar yang hancur bukan karena serangan dari luar, melainkan karena perpecahan dari dalam.
“Banyak partai besar yang tumbang bukan karena diserang lawan, tapi karena dipecah dari dalam. Kami tidak ingin Gerindra mengulangi kesalahan itu,” tegasnya.
Baca Juga:
Soal RUU Perampasan Aset, Baleg Wanti-wanti Tidak Jadi Alat Kriminalisasi
Meski begitu, Rocky menegaskan seluruh kader tetap berpegang pada kebijaksanaan Ketua Umum Prabowo Subianto dan DPP Gerindra.
“Pak Prabowo selalu mengajarkan kami berpikir jernih, berani berkata benar, dan tidak lupa pada akar perjuangan. Kami yakin beliau arif dan tahu siapa yang datang dengan niat tulus, dan siapa yang datang dengan niat mengambil kesempatan,” ujar anggota DPR RI asal Jambi tersebut.
Dukungan terhadap sikap penolakan juga datang dari Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kabupaten Sukoharjo.