Umam menjelaskan, pertemuan Prabowo-Puan tentu akan membuka kembali ruang negosiasi duet keduanya.
Menurutnya, negosiasi tersebut masih relevan karena koalisi Gerindra-PKB belum menetapkan nama cawapres, sehingga kemungkinan menggeser nama Cak Imin masih terbuka.
Baca Juga:
Presiden Soroti Pasal 33 UUD 1945 sebagai Dasar Negara Wujudkan Keadilan Sosial
Kendati demikian, ia menilai negosiasi berpotensi alot jika PDI-P menghendaki skema Puan-Prabowo, mengingat Gerindra telah menetapkan standar pencapresan Prabowo.
"Tapi skema trade off tetap memungkinkan dilakukan mengingat masing-masing memiliki kelebihan dan kekuarangan yang bisa saling mengisi," ujarnya.
"PDI-P memiliki elektabilitas dan mesin politik prima, sedangkan Prabowo memiliki elektabilitas besar meskipun kekuatan Gerindra tak sebesar PDI-P," lanjutnya.
Baca Juga:
Pemprov Bali Ajak Warga Meriahkan Penutupan PKB ke-47 di Taman Budaya
Tak bisa dipungkiri, bergabungnya dua partai itu tentu akan menjanjikan mesin politik yang besar.
Mengingat dinamika koalisi yang ada, Umam mengatakan bahwa negosiasi antara Gerindra-PDI-P ini merupakan kesempatan terakhir bagi keduanya.
Terlebih, pernyataan tentang angka 13 sebagai angka keberuntungan Prabowo itu tampaknya menjadi pesan politik dari Prabowo untuk mengajukan proposal koalisi dengan skema pasangan Prabowo-Puan.