Umam menjelaskan, pertemuan Prabowo-Puan tentu akan membuka kembali ruang negosiasi duet keduanya.
Menurutnya, negosiasi tersebut masih relevan karena koalisi Gerindra-PKB belum menetapkan nama cawapres, sehingga kemungkinan menggeser nama Cak Imin masih terbuka.
Baca Juga:
Soal Realisasi Program Rp100 Juta Per RW, Politisi PKB Beri Pemahaman Lewat Reses
Kendati demikian, ia menilai negosiasi berpotensi alot jika PDI-P menghendaki skema Puan-Prabowo, mengingat Gerindra telah menetapkan standar pencapresan Prabowo.
"Tapi skema trade off tetap memungkinkan dilakukan mengingat masing-masing memiliki kelebihan dan kekuarangan yang bisa saling mengisi," ujarnya.
"PDI-P memiliki elektabilitas dan mesin politik prima, sedangkan Prabowo memiliki elektabilitas besar meskipun kekuatan Gerindra tak sebesar PDI-P," lanjutnya.
Baca Juga:
Pemprov DKI Gelar Pemutihan Pajak hingga 31 Desember 2025, Ini Syarat dan Cara Bayarnya
Tak bisa dipungkiri, bergabungnya dua partai itu tentu akan menjanjikan mesin politik yang besar.
Mengingat dinamika koalisi yang ada, Umam mengatakan bahwa negosiasi antara Gerindra-PDI-P ini merupakan kesempatan terakhir bagi keduanya.
Terlebih, pernyataan tentang angka 13 sebagai angka keberuntungan Prabowo itu tampaknya menjadi pesan politik dari Prabowo untuk mengajukan proposal koalisi dengan skema pasangan Prabowo-Puan.